Sabtu, 12 Februari 2011
Memoar di Taman Hiburan "Misbar" Cicadas...
//1//
Jum'at sore jelang senja. Gerimis terus bergelayut diatas awan kota Bandung. Seharian ini Bandung memang diguyur hujan. Meski bagi sebagian orang hujan merupakan bencana, namun bagi rakyat kecil lainnya, ternyata hujan membawa berkah juga.
Jum'at sore jelang senja. Duduk manis diantara puing-puing kehancuran Matahari Deptstore Cicadas, menikmati gemercik hujan & lalu-lalang kendaraan, ditemani secangkir kopi hitam dan sebungkus tempe mendoan, Sungguh mengagungkan! Kenikmatan memang tak diukur dari kelasnya. Itu benar! Strata sosial tak menjadi penghalang bagi seseorang untuk menikmati hidup. Termasuk masalah hidangan.
Jum'at sore jelang senja. Segurat senyum tersungging di wajah, saat kenangan lawas hadir menghampiri. Hmm... Disini, aku bersama sahabatku telah menggoreskan memori hidup. Ya, di Taman Hiburan 'Misbar' Cicadas.
Sobat, kita sama-sama berusia muda waktu itu. Ingatkah kau saat kita nonton bareng di gedung film Taman Hiburan Cicadas? Dengan beratapkan awan lepas, berterangkan bintang-bintang, kita senantiasa 'khusyu' menyaksikan pemutaran film Tutur Tinular, Sundel Bolong ataupun Jerat Sang Janda. Tak peduli ada kecoa yang berseliweran, kursi reyot panjang yang sudah bulukan, bau pesing dan air mani yang bertaburan, pun rayuan WTS kelas gocengan. Yang kita khawatirkan hanya satu; Hujan! Ya, bila hujan turun, film pun bubar.
Waktu itu, selepas film 'Si Manis Jembatan Ancol', kau berkata padaku tentang hidup yang tak menyisakan banyak pilihan. Kau melirik, dan mengajakku melupakan itu lewat senyuman. Aku setuju, dan tentu saja kembali tawa kita berderai sambil memandang ranum payudara penjaja di tepi jalan. Aku bahagia, meski belum dapat kusadari maknanya. Yang aku tahu, esok kita kan bertemu lagi dalam nuansa masa muda yang lugu, bersama gank biroe...
//2//
Kini bangunan tua itu telah tiada. Seiring kemajuan peradaban, satu-satunya taman hiburan milik rakyat telah digusur. Beralih fungsi menjadi arena usaha produktif khas era global. Counter hanphone berjejerdi pintu utara. Pedagang buah, tukang sate, onderdil & helm berderet di pintu timur. Sementara arena pertunjukan beralih fungsi jadi taman futsal.
Rupanya kau benar sahabatku.. Hidup tetaplah sebuah persoalan yang tak mudah kita pilih dan tuntaskan. Mungkin karena kita terus mengurus titik dan koma, sementara amuk hari tak memberi iba pada paraghraf yang berjeda.
Kini kita sama-sama tak lagi muda, Sahatku. Bila saja kita masih bersama... Sebab kerut ini semakin bertapak, mata pun mesti disambung dengan kaca, dan ingatan terus kehilangan jejak. Aku hampir menyerah, sebelum kuingat bahwa kau biasa menepuk bahuku dan berucap, "lelaki janganlah goyah".
Seperti dahulu, pun kini aku setuju. Maka aku ingin menyalami dirimu lewat lembaran ini. Bahwa adamu ternyata tak terganti bukan karena kau tlah pergi. Tapi oleh pertemuan yang tak pernah kita pilih sendiri.
Aku bahagia.. Meski usia tak kunjung membuatku paham maknanya. Yang aku tahu, esok boleh jadi kita bertemu dalam masa tua yang sendu. Karena kau benar, yang tersisa dari pilihan bisa saja menjadi alasan untuk kita berbaik sangka pada harapan.
Aku di sini, sahabatku...
----
Bandung, 10 November 2010
* Teruntuk Gank Biroe semata yang kini entah dimana...
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
2 komentar:
klo gank biroe dicari di facebook gimana...?
gank biroe bisa dilacak di group "gank biroe the guladiger's".
Posting Komentar