Jumat, 18 Februari 2011
Aku Menulis Saja....
Aku menulis saja. Menerobos sesulit yang aku patahkan tanpa emosi, mengungkapkannya dalam kata-kata. Menjadikannya barisan kalimat, menjadi cerita yang kadang aku sendiri tidak berniat menuliskannya.
Namun, belakangan aku merasa aku tidak hadir dalam tulisanku, seolah melarikan diri. Bersembunyi dari fiksi yang aku jelmakan dengan kata-kata. Sebab keterasingan dari tulisanku sendiri, aku merasa tercerabut dari duniaku. Dilemparkan kata, disingkirkan rasa.
Seyogyanya mungkin aku diam saja, tidak usah menulis. Sartre pun pada akhirnya menyadari, bahwa dengan menulis tidak akan mengubah sesuatu apapun. Kecuali faedah dari tulisan itu sendiri.
Kenapa aku harus menulis? Lebih tepatnya, kenapa aku ingin menulis? Sekiranya bisa saja aku bicara, dan rasanya aku tipe lelaki yang banyak bicara. Terkadang berorasi, dengan nada provokasi. Tapi belum puas dengan hanya bicara, aku butuh menulis. Untuk menyenangkan diri sendiri, merayakan kepapaan nasib yang membelengguku.
Yaa… aku butuh menulis. Tidak hanya mereka, melainkan untuk diriku sendiri. Aku tidak butuh pembaca, selain memahami apa yang sukar aku mengerti. Toh tulisanku lebih banyak dongeng ketimbang fakta.
Aku memang bercita-cita jadi jurnalis, menjadi penulis warta-fakta. Tapi aku tidak suka fakta, tidak ada bedanya dengan fiksi. Sekarang yang laku adalah berita, bukan fakta. Tetapi cerita tentang fakta.
Aku menulis, mungkin aku ada. Ketika menulislah aku merasa bersentuhan dengan diriku sendiri. Bersenda gurau dengan bathinku sendiri. Menulis, adalah temanku yang paling setia. Ketika bahagia, suka, duka aku menuliskannya dan dalam tulisan itulah aku menemukan diriku yang tiada-kosong-hampa-menjelma.
Menulis. Menulis saja, cukup. Cukup, menulis saja. Biarkan suara-suara hati mengoceh di alam mimpi. Menulis. Menulis dan menulis, hanya itu saja. Menulis, membaca, lalu bahagia. Hilanglah cemas dan dahaga...
-------
Cijagra, 10 Desember 2010
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar