Minggu, 13 Februari 2011
Kapita Selekta Jurnalistik
A. SEKILAS JURNALISTIK DAN PENGERTIAN JURNALISTIK
Media massa ada disekitar kita. Hidup satu hari saja tanpa berita adalah mustahil bagi kebanyakan orang. Manusia modern tidak lagi dapat hidup tanpa mendapatkan suguhan pers, yang memenuhi kebutuhan masyarakat akan informasi.
Secara gamblang orang menyamakan jurnalistik dengan pers, terkadang malah menyamakan jurnalistik sebagai surat kabar atau majalah. Hal ini dikarenakan media massa yang paling tua, dan yang paling pertama ditemui manusia adalah media tercetak.
Asal mula surat kabar disebut “acta diurna”. Terbit di zaman Romawi, ketika berita-berita dan pengumuman ditempelkan, atau dipasang, di pusat kota – yang disebut Forum Romanum. Asal kata jurnalistik adalah “Journal” atau “Du jour” (Perancis), yang berarti “hari atau catatan-catatan harian”. Berbagai catatan harian itu, yang kemudian menjadi berita atau warta harian itu dikumpulkan dalam lembaran yang tercetak.
Secara historis, jurnalistik memiliki keterkaitan dengan publisistik –yang kemudian menjadi ilmu komunikasi. Tapi, dalam perkembangan keilmuannya, keduanya menjadi dua bidang kajian yang berbeda.
Adi Negoro mengemukakan perbedaan antara publisistik dan jurnalistik. Ia merumuskan bahwa publisistik (komunikasi massa) adalah ilmu pernyataan antar manusia, yang umum lagi aktual, biasa disingkat dengan istilah “Pamula”. Dalam hal ini, publisistik diartikan sebagai kepandaian ilmiah yang mempelajari seluk beluk penyiaran berita, secara keseluruhannya, dan menyangkut segala saluran yang bukan saja media pers (surat kabar dan majalah) melainkan juga radio, televisi dan film. Sementara jurnalistik adalah kepandaian yang praktis, yaitu meliputi semacam kepandaian mengarang yang pada pokoknya ditujukan untuk memberi kabar pada masyarakat dengan cepat agar tersiar seluas-luasnya.
Salah satu definisi yang diberikan oleh Eric Hodgin (wartawan majalah Time), “Journalistik diartikan sebagai ilmu pengetahuan tentang mengatur pengiriman keterangan/berita/informasi dari sana-sini yang dilakukan secara seksama, mendalam dan cepat dalam rangka kekaryaannya melayani atau membela kebenaran dan keadilan yang selalu dapat dibuktikan”.
Dengan demikian, Ilmu Jurnalistik di antaranya membahas mengenai berita (news). News merupakan bidang kajian dari keilmuan jurnalistik. NEWS kerap diartikan sebagai singkatan dari : North, East, West, South. Namun, ruang lingkup jurnalistik bukan hanya membahas news, tetapi juga views. Dalam garis besarnya jurnalistik terbagi dalam 2 bagian: News (berita) dan Views (ulasan).
Frazer Bond dalam bukunya, An introduction to Journalism, menyatakan bahwa: “Journalism embraces all the form in which and through which the news and the moments on the news reach the public”. Selanjutnya Bond menyatakan: “Karya pers adalah melayani kepentingan umum dalam memberikan kenyataan/informasi yang seharusnya diperoleh oleh rakyat, sebab kenyataan itulah yang akan memberikan kemerdekaan kepada rakyat”. Dengan kata lain, jurnalistik merupakan sebuah pengerjaan yang menghasilkan karya/penerbitan; atau dalam hal ini, bisa juga dikatakan sebagai “kegiatan/pekerjaan”.
Di dalam pekerjaanya, jurnalistik mensyaratkan karakteristik universalitas. Maksudnya, pekerjaan jurnalistik haruslah bersifat “umum, atau berlaku untuk semua orang”. Hal ini dikarenakan jurnalistik, di dalam kegiatannya, meliputi “cara-cara sistimatis dalam melayani dan mengatur kebutuhan hati nurani manusia sebagai mahluk masyarakat.”
B. PENGERTIAN PERS DAN FUNGSI PERS
Kemajuan teknologi menemukan alat pencetakan surat kabar yang memakai sistem silinder (rotasi). Dari penemuan itulah, kemudian, istilah “pers” muncul, dan membuat masyarakat kerap menyamakan istilah “pers” dengan “jurnalistik” – bahkan mencampuradukan pengertian jurnalistik dengan pers.
Istilah pers yang sebenarnya adalah istilah bahasa Belanda, atau dalam bahasa Inggris disebut Press, yang mempunyai arti cukup banyak macamnya. Press mempunyai arti menekan, mencetak, dan mendesak. Kesemua arti itu menunjukkan kesamaan makna yang signifikan: antara menekan, mencetak dan mendesak. Pengertian pers dalam arti sempit adalah; surat kabar, majalah, kantor berita. Sedangkan pengertian pers dalam arti luas adalah segala barang yang dicetak.
Pers mempunyai fungsi sebagai media informasi, hiburan, pendidikan dan interpretasi. Salah satu fungsi pers yang paling penting adalah fungsi kontrol sosial, karena pers pada hakekatnya juga dianggap sebagai kekuatan keempat (the fourth estate), yakni menjalankan fungsi kontrol masyarakat. Dalam alam demokrasi liberal, sering disebutkan bahwa pers adalah sebagai “gatekeeper” atau pengawas dan penjaga demokrasi.
C. JENIS-JENIS JURNALISTIK
Kemajuan teknologi berkembang dengan amat cepatnya, maka rasa ingin tahu orang tidak lagi hanya dapat dipenuhi dengan jurnalistik biasa lagi, orang sudah menghendaki informasi yang lebih, dan untuk itu maka tumbuhlah jenis-jenis jurnalistik baru.
Sejarah jurnalistik baru lahir dan berkembang, seiring perkembangan masyarakat itu sendiri, didasarkan atas kebutuhan. Dengan demikian, kelahirannya tidak dapat dipisahkan dengan kecenderungan masyarakat. Kecenderungan masyarakat (pembaca, pendengar dan pemirsa) saat ini tidak cukup puas hanya menerima informasi dengan fakta “telanjang” dan “kering”, ada kecenderungan saat ini audience sudah mulai tidak menyukai sajian berita yang linier, tetapi tampaknya sudah menghendaki sajian berita yang bilinier atau multilinier. (Komunikasi Jurnalistik, J.B.Wahyudi, Alumni, Bandung, 1991).
J.B.Wahyudi menyatakan bentuk-bentuk jurnalistik baru, sebagai berikut:
1. Reportase investigative adalah laporan yang faktanya diperoleh dengan cara investigasi, dan dilakukan oleh sebuah kerja tim yang terencana.
2. Reportase kontemporer adalah laporan yang memasukan unsur sastra, sehingga ada yang menyebutnya sebagai jurnalistik sastra.
3. Reportase komparatif adalah laporan yang pengolahannya membandingkan antara event atau pendapat pokok dengan event atau pendapat lain yang relevan.
4. Reportase analisis adalah laporan dengan memberikan analisis terhadap fakta yang diperoleh.
5. Reportase interpretative adalah laporan yang ditulis dengan disertai interpretasi.
6. Reportase evaluatif adalah laporan dengan memberikan evaluasi terhadap fakta yang diperoleh.
Fred Fedler dalam bukunya “An Introduction to the Mass Media”, menyebutkan bahwa New Journalism ada empat yaitu: Advocacy Journalism (membimbing), Literary journalism (kesusastraan atau unsur sastra), Alternative Journalism dan Precision Journalism (ketelitian atau ketepatan).
Sementara Dja’far H. Assegaff, dalam buku “Jurnalistik Masa Kini”, menyebutkan jenis-jenis jurnalistik terdiri dari: Jurnalistik Baru (new journalism), Jurnalistik Pembangunan (development journalism), Jurnalistik Presisi (precision journalism).
D. MEDIA JURNALISTIK
1. Surat Kabar
Menurut Septiawan Santana surat, kabar adalah barang cetakan yang terbit setiap hari (kontinyu) yang halamannya berkisar 16 halaman, halaman 1 berisi berita utama, halaman 2 berisi berita daerah dan seterusnya.
Sumanang, SH. mengatakan bahwa surat kabar itu bukanlah sekedar memberikan berita atau informasi tetapi juga memuat pikiran-pikiran, pandangan-pandangan ataupun pendapat-pendapat orang. Karenanya surat kabar mempunyai dua sifat, yaitu: Sebagai pemberi penerangan (public information) dan sebagai pembawa pernyataan faham atau pendapat (organ of public opinion).
Fungsi surat kabar secara umum :
1. Publishing the news (menerbitkan atau menyiarkan berita).
2. Commenting on the news (memberikan komentar terhadap suatu berita).
3. Entertaining readers (menghibur pembaca).
4. Helping readers (menolong pembaca bagaimana cara menggunakan sesuatu).
5. Publishing advertising (menerbitkan atau menyiarkan barang dan jasa yang ditawarkan kepada publik dengan menyewa ruang dan waktu).
Adapun ciri-ciri surat kabar adalah sebagai berikut :
1. Aktualitas. Berita adalah laporan mengenai peristiwa yang terjadi kini, yakni kecepatan laporan, tanpa menyampingkan pentingnya kebenaran berita.
2. Periodisitas/Continuitas. Sifat continuitas berarti : surat kabar terbit secara teratur, bisa satu kali sehari, bisa dua kali sehari atau satu minggu sekali.
3. Publisitas. Yang dimaksud dengan publisitas ialah penyebaran kepada publik atau khalayak. Karena diperuntukan khalayak, maka sifat surat kabar adalah umum.
4. Universalitas. Sifat ini terlihat dari isi surat kabar itu yang aneka ragam atau kesemestaan isinya dan dari seluruh dunia.
Menurut Albert F. Heaning, berdasarkan waktu terbitnya, surat kabar terbagi ke dalam empat bagian:
1. Surat kabar Harian (Daily newspaper): adalah surat kabar yang mempunyai waktu terbit setiap hari sekali (surat kabar umum), misalnya yang terbit pagi hari dan sore hari.
2. Surat kabar Mingguan (Weekly Newspaper): adalah surat kabar yang terbit satu minggu sekali.
3. Surat kabar Dua Mingguan/Bulanan: adalah surat kabar yang terbit dua minggu sekali atau setiap bulan sekali.
4. Tabloid: adalah surat kabar yang berukuran format lebih kecil dari ukuran yang biasa/standar.
2. Majalah
Dalam garis besarnya majalah ini dapat diklasifikasikan pada: Mass Magazine, Class Magazine dan Specialised Magazine. Salah satu bentuk media massa yang dikenal luas sejak masa lalu adalah majalah. Dikalangan kaum elit, menurut Wilson (1989), kehadiran majalah sejak tahun 1704 di Inggris dimulai dengan terbitnya majalah-majalah seperti Review, Tatler, Spectator semuanya terbit di London. Di Amerika Serikat majalah baru terbit sekitar tahun 1741 yang mendorong terbitnya Christian History (1743), Saturday Evening Post (1821).
Namun demikian kehadiran majalah sampai tahun 1830 tidak dapat dikatakan sebagai media massa karena diperuntukkan bagi kaum elit saja. Kehadirannya sebagai media massa baru dimulai sejak tahun 1865. Kemudian beberapa majalah yang sangat terkenal terbit di Amerika Serikat, dan bahkan dunia pada umumnya. Sebagai contoh terbit majalah Reader’s Digest tahun 1922, TV Guide tahun 1948, Play Boy tahun 1953.
Masing-masing majalah tersebut dengan caranya sendiri mengeksploitasi nafsu membeli masyarakat terhadap majalah dengan menyajikan informasi yang sebetulnya informasi murahan atau yang tenar dikalangan masyarakat. Pada masa antara tahun 1960-an sampai sekarang beberapa majalah ternama terbit sebagai media massa. Seperti; Life pada tahun 1972, Time, Newsweek, dan lainnya.
3. Radio
Kehadiran radio sebagai media massa elektronik bersamaan dengan hadirnya film sekitar tahun 1888 ketika Henrich Hertz pada mulanya mentransmisikan aliran melalui gelombang-gelombang udara.
Radio mendapat julukan sebagai kekuasaan kelima atau “The Fifth Estate”, setelah pers (surat kabar) dianggap sebagai kekuasaan keempat atau “The Fourth estate”. Daya tarik radio disebabkan oleh sifatnya yang serba hidup, yaitu: musik, kata-kata dan efek suara.
Dibandingkan dengan televisi, radio mungkin kalah gemerlap dalam menyajikan hiburan. Tapi sebagai media informasi, radio jangan lagi dipandang sebelah mata. Dulu mungkin orang merasa “sakit telinga” mendengarkan berita dari RRI, yang kebanyakan tak menarik tapi harus disiarkan semua radio. Kini semua berita menarik dan tidak harus menunggu jadwal yang tetap. Setiap saat berita bisa disiarkan, dan semua radio bisa mengemas berita masing-masing, karena itu radio pun berbenah.
Pada saat ini siaran-siaran radio diarahkan lebih spesialisasi untuk melayani khalayak tertentu ataupun membuat variasi terhadap program-programnya demi pemenuhan kebutuhan informasi khalayaknya.
4. Televisi
Perkembangan televisi sebagai media massa elektronik pada awalnya dimulai dengan hadirnya kamera televisi yang ditemukan oleh Vladimir Zworykin pada tahun 1923. Sampai dengan tahun 1948 kehadiran televisi dianggap diperuntukkan bagi masyarakat elit. Baru ketika pada tahun 1946 televisi berwarna mulai ditunjukkan oleh CBS dan NBC dan di tahun 1948 televisi mulai menyiarkan berita dan hiburan secara teratur.
Menurut Greenfield (1977) dan Wilson (1989), yaitu pada tahun 1951 penyebarluasan gambar televisi dilakukan atas bantuan jaringan Microwave sehingga mempermudah penerimaan gambar oleh khalayak yang jauh dari stasiun pirsawannya. Lalu tahun 1956 televisi mulai menyiarkan kampanye presiden Amerika Serikat;
Kemudian di negara-negara lain bermunculan badan-badan siaran TV: di Prancis, Jerman, Nederland, Belgia, Luxemburg, Italia, Denmark, Austria, Swedia, dll. Sejak tahun 1953 tibalah pula saatnya Asia mengejar ketinggalan dalam bidang TV ini yang dimulai oleh Jepang pada tahun 1953, Philipina pada tahun sama, Muangthai pada tahun 1955. Indonesia dan Republik Cina tahun 1962, Singapura tahun 1963 dan baru kemudian disusul oleh Malaysia.
5. Film
Film adalah medium komunikasi massa yang ampuh, bukan saja untuk hiburan, tetapi juga untuk penerangan dan pendidikan. Dalam ceramah-ceramah penerangan atau pendidikan kini banyak digunakan film sebagai alat pembantu untuk memberikan penjelasan.
Film adalah gambar bergerak pertama dihasilkan oleh tangkapan suatu kamera yang ditemukan tahun 1888 di laboratorium milik Thomas Alfa Edison. Disusul tahun 1895 ditemukannya proyektor oleh dua orang bersaudara Lumiere di Paris. Pemutaran gambar hidup yang pertama dilakukan dalam teater Vaudeville (suatu arena yang khusus digunakan untuk hiburan tarian-dance diiringi musik yang sangat tenar di Eropa, hiburan ini milik kaum elit!).
Di Amerika Serikat pada tahun 1903 hadirnya film cerita pertama oleh Edwin S.Porter di bawah judul “Great Train Robberty”. Yang paling terkenal pada tahun 1917 ialah hadirnya film hiburan pertama yang dimainkan bintang film Charlie Chaplin.
Perkembangan film untuk khalayak muda masih terus berlangsung sampai kini dengan ditemukannya video pada tahun 1980-an, setelah itu pada tahun 1990-an ditemukan laser disc dan Video Compact Disk yang pada saat sekarang seolah-olah memindahkan kebiasaan menonton film di bioskop ke rumah-rumah.
E. PROFESI KEWARTAWANAN
Menurut Alex Sobur, yang disebut wartawan itu pada dasarnya adalah setiap orang yang berurusan dengan warta atau berita. Dengan demikian, siapa pun yang melakukan pekerjaan yang berkaitan dengan warta atau berita, bisa disebut wartawan; baik mereka yang bekerja pada surat kabar, majalah, radio, televisi, film, maupun kantor beri¬ta.
Wartawan, menurut Adinegoro, ialah orang yang hidupnya beker¬ja sebagai anggota redaksi surat kabar; baik yang duduk dalam redaksi dengan bertanggung jawab terhadap isi suatu surat kabar, maupun di luar kantor redaksi sebagai koresponden, yang tugasnya mencari berita, menyusunnya, dan kemudian mengirimkannya kepada surat kabar yang dibantunya; baik berhubungan tetap, maupun tidak tetap dengan surat kabar yang memberi nafkahnya.
Secara singkat dapat dikatakan, ada dua jenis wartawan berda¬sarkan tugas yang dikerjakan, yaitu reporter dan editor. Istilah reporter berasal dari kata report yang berarti "laporan", dan orang yang membawa laporan itu disebut pelapor, jurnalis, warta¬wan, atau reporter. Jadi, seperti dikatakan Rosihan Anwar, "reporter adalah orang yang mencari, menghimpun dan menulis berita; sedangkan editor adalah orang yang menilai, menyunting berita dan menempatkannya dalam koran" (Anwar, 1996:1).
Wartawan yang menjabat redaktur, biasanya mengetuai sidang atau dewan redaksi (Junaedhie, 1991:227). Sesuai jabatannya, ia berhak menyunting, menolak, menerima tulisan untuk dimuat. Sifat pekerjaannya hampir sama dengan redaktur pelaksana, yakni sebagai pelaksana kebijakan penerbitan persnya, sesuai yang digariskan oleh pemimpin redaksi.
John Hohenberg dalam bukunya The Professional Journalist, mengemukakan empat buah syarat ideal untuk menjadi wartawan yang baik, yaitu: Pertama, tidak pernah berhenti mencari kebenaran; Kedua, maju terus menghadapi zaman yang berubah dan jangan menunggu sampai dikuasai olehnya; Ketiga, melaksanakan jasa-jasa yang berarti dan ada konsekuensinya bagi umat manusia; Keempat, memelihara suatu kebebasan yang tetap teguh.
Duanne Bradley (dalam Anwar, 1996:3), dalam buku The Newspa¬per - Its Place in a Democracy, mengatakan bahwa wartawan yang baik harus memiliki sejumlah aset dan modal, yaitu pengetahuan, rasa ingin tahu, daya tenaga hidup (vitalitas), nalar berdebat, bertukar pikiran, keberanian, kejujuran, dan keterampilan bahasa.
Adinegoro (1961), salah seorang perintis pers Indonesia, menambahkan bahwa wartawan yang baik memiliki sejumlah sifat yang harus ditanam dan dipupuk seorang wartawan, yaitu: (1) Minat yang mendalam terhadap masyarakat dan apa yang terjadi dengan manu¬sianya; (2) Sikap ramah tamah terhadap segala jenis manusia dan pandai membawa diri; (3) Dapat menimbulkan kepercayaan orang yang dihadapi; (4) Kesanggupan berbicara dan menulis dalam bahasa Indonesia--lebih baik lagi jika menguasai berbagai bahasa asing; (5) Memiliki daya-peneliti yang kuat dan setia kepada kebenaran; (6) Memiliki rasa tanggung jawab dan ketelitian; (7) Kerelaan mengerjakan lebih dari apa yang ditugaskan; (8) Kesanggupan bekerja cepat; (9) Selalu bersikap objektif; (10) Memiliki minat yang luas (11) Memiliki daya analisis; (12) Memiliki sifat reak¬tif; (13) Teliti dalam mengobservasi; (14) Suka membaca; dan (15) Suka memperkaya bahasa.
Seorang wartawan yang baik, kata Mochtar Lubis (1963:67-68), haruslah dapat membuat laporannya sedemikian rupa, hingga beri¬tanya menjadi hidup, dan pembaca dapat melihat apa yang ditulisn¬ya seakan dia ikut melihatnya sendiri.
F. REPORTASE, PELIPUTAN DAN PENULISAN BERITA
Saat bekerja di lapangan, wartawan dituntut untuk menggunakan seluruh inderanya, termasuk intuisi, untuk merekam semua kejadian dalam pikirannya, yang selanjutnya dituangkan dalam tulisan. Dalam merekam atau mengamati objek berita, wartawan dituntut untuk mencatat gejala dan fakta denga teliti dan terang. (Abdullah:1992)
Sumber berita dapat diperoleh di mana-mana. Lebih tegasnya berita dapat diperoleh dari dua sumber; Pertama, berita yang bersumber dari alam, misalnya gunung meletus, hujan lebat, kemarau panjang, halilintar menyambar pohon dan lain sebagainya. Kedua, berita yang bersumber dari manusia, yaitu berita yang merupakan peristiwa yang terjadi didalam masyarakat, misalnya tabrakan kereta api, jatuhnya pesawat, perampokan dan lain sebagainya.
Menurut Muslimin dan Djuroto (1999), setelah fakta dan data terkumpul, selanjutnya wartawan harus melengkapi, mengembangkan dan memperluas berita dengan menggunakan unsur 5W 1H yakni:
1. What, artinya apa yang tengah terjadi, peristiwa apa yang sedang terjadi.
2. Who, artinya siapa sipelaku peristiwa itu, siapa yang terlibat.
3. Where, artinya dimana peristiwa itu berlangsung.
4. When, artinya kapan peristiwa itu berlangsung. Agar beritanya aktual, data dari peristiwa tidak lebih dari 24 jam.
5. Why, artinya mengapa kejadian itu bisa terjadi.
6. How, artinya bagaimana kejadian itu bisa terjadi.
Setelah data diperoleh, wartawan mulai menyusun dan menulis berita. Dalam menyusunan berita ada teknik dan gaya sendiri. Assegaf (1982:49-50) membahas teknik menulis berita dengan gaya piramida terbalik, tujuannya adalah untuk memudahkan publik yang bergegas agar cepat mengetahui apa yang terjadi dan diberitakan, disamping untuk memudahkan redaktur memotong bagian yang tidak penting dan terletak pada bagian paling bawah, demi memenuhi ruang yang tersedia di surat kabar.
Sumber lain mengatakan tata cara wartawan mencari berita. Berita dapat diperoleh: Pertama, melalui meeting. Proses pencarian dan penciptaan berita itu dimulai di ruang redaksi melaui forum rapat proyeksi. Istilah lain dari rapat proyeksi adalah rapat perencanaan berita, rapat peliputan, atau rapat rutin wartawan dibawah kordinasi kordinator liputan (korlip).
Kedua, melalui hunting. Sebagai pemburu (hunter), harus memiliki beberapa kemampuan dasar; kepekaan berita yang tajam (sense of news), daya pendengaran berita yang baik (hear of news), mengembangkan daya penciuman yang tajam (noise of news), mempunyai tatapan penglihatan berita yang jauh dan jelas (news seeng), piawai dalam melatih indra perasa berita (news filling), dan senantiasa diperkaya dengan berbagai pengalaman beita yang dipetik dan digali langsung dari lapangan (news experiences).
Wawancara berita (news interview) adalah kegiatan tanya-jawab yang dilakukan reporter dengan nara sumber untuk memperoleh informasi menarik dan penting yang diinginkan. Informasi yang menarik dan penting itu kemudian diolah untuk dijadikan berita.
Dalam wawancara, menurut Jonathan (Mirza, 2000:86-88) harus memenuhi delapan persyaratan, diantaranya:
a. Mempunyai tujuan yang jelas, yang artinya setiap wawancara senantiasa didasari tujuan yang sudah direncanakan. Adapun tujuan wawancara berita terdiri dari: wawancara faktual (the factual interview, wawancara riset pendapat (the opinion research interview, dan wawancara penegasan kredibilitas nara sumber (a well known personality interview).
b. Efisien, yang artinya wawancara makin terasa efisien apabila berhasil mengungkap tujuan pokok wawancara yang ingin dicapai dalam waktu singkat, sehingga khalayak dengan segera mendapatkan informasi yang diperlukan.
c. Menyenangkan, yang artinya dapat membedakan antara wawancara denganintrogasi.
d. Mengandalkan persiapan dan riset awal, yang artinya wawancara didasari pada latar belakang masalah sehingga pewawancara dapat memahami masalah.
e. Melibatkan Khalayak, yang artinya pewawancara berhasil mewakili kepentingan khalayak untuk memproleh kepastian.
f. Menimbulkan spontanitas, yang artinya wawancara yang baik sanggup memunculkan jawaban dan suasana spontan.
g. Pewawancara sebagai pengendali, yang artinya wawancara akan semakin menarik apabila pewawancara tetap berfungsi sebagai pengendali acara.
h. Mengembangkan logika, artinya wawancara akan semakin menarik apabila mampu mengedepankan logika. (AS. Haris Sumadiria, 2005:104-105)
Sebagaimana dikutip oleh Haris Sumadiria (2005:107-108), wawancara berita dapat dikelompokan dalam beberapa jenis, yaitu:
a. Wawancara sosok pribadi (personal interview). Wawancara dilakukan dalam dua golongan sosok pribadi.
b. Wawancara berita (news interview). Wawancara diselenggarakan sehubungan dengan adanya berita besar dengan maksud untuk memperoleh pendapat atau tanggapan dari orang berwenang.
c. Wawancara jalanan (man in the street interview). Wawancara diadakan di jalan umum dengan menanyai orang yang lewat tentang pendapat mereka berkenaan dengan suatu berita penting.
d. Wawancara sambil lalu (casual interview). Wawancara tidak direncanakan secara khusus tetapi berlangsung secara kebetulan.
e. Wawancara telepon (telephone interview). Wawancara untuk memperoleh keterangan dari seseorang yang berwenang dilakukan melalui telepon yang sewaktu-waktu dapat diadakan antara pewarta dan sumber berita.
f. Wawancara tertulis (written interview). Kelemahan dalam wawancara tertulis yakni sekiranya ada bagian yang tidak jelas dari jawaban tertulis itu, pewarta tidak dapat meminta penjelasan dari sumber berita pada saat itu. Keuntungan: berita yang disusun berdasarkan jawaban tertulis diasumsikan tidak akan dibantah oleh sumber berita, kecuali kalau susunan berita bertentangan dengan maksud sumber berita.
g. Wawancara kelompok (discussion interview). Wawancara dilakukan dengan sekelompok orang, seakan-akan pewarta adalah peserta dalam suatu seminar atau symposium. Hasil wawancara yang akan diberitahukan bukan pendapat satu orang dalam seminar tetapi rangkuman pendapat yang transparan dalam seminar.
Selama wawancara, ada beberapa hal yang harus dilakukan wartawan, yaitu: menjaga suasana, bersikap wajar, memelihara situasi, tangkas dalam menarik kesimpulan, menjaga pokok persoalan, menjaga sopan santun, dan bersikap kritis. Sementara sikap yang mesti dilakukan wartawan saat pelaksanaan wawancara yaitu: datang tepat waktu, memperhatikan penampilan, datang dengan persiapan dan pengetahuan masalah, kemukakan maksud dan tujuan pada nara sumber, jangan menggurui, menjadi pendengar yang baik, dan mempersiapkan catatan. (Asep S.M. Romli, 2003:77)
Dilihat dari pokok persoalan (subjek matter) dan tipe orang yang diwawancarai, menurut Bruce D. Itute seperti dikutif Asep Saepul Muhtadi (1999:217-218), terdapat dua pola wawancara. Pertama, funnel interview, yaitu pola wawancara yang disusun seperti bentuk corong atau cerobong (funnel). Kedua, interved interview, yaitu pola wawancara yang disusun seperti cerobong terbalik. Disini seorang reporter langsung menanyakan masalah-masalah pokok tanpa harus memulainya dengan pertanyaan-pertanyaan umum dan ringan.
Adapun jenis pertanyaan yang diajukan dalam wawancara berita terdiri dari: pertanyaan terbuka, pertanyaan hipotetik terbuka, pertanyaan langsung, pertanyaan tertutup, pertanyaan beban, pertanyaan terpimpin, dan pertanyaan orang ketiga.
G. MANAJEMEN PERS
Pada pers, manajemen meliputi bagian-bagian yang spesifik, menuruti kebutuhan produk informasi lewat “cetakan” sampai pencarian berita. Maka, biasanya manajemen pers terbagi ke dalam berbagai departemen, yang terdiri dari: editorial (yang bertugas mengumpulkan dan mempersiapkan berita keras dan hiburan, serta opini-opini, baik secara tertulis maupun ilustrasi), periklanan (yang mempersiapkan pesan-pesan komersil), produksi (yang pada gilirannya merubah materi editorial dan periklanan ke dalam lembaran bacaan cetakan), sirkulasi (yang mendistribusikan produk ke khalayak pasar berita), dan manajemen (yang mengatur keseluruhan kegiatan).
Menurut Septiawan Santana, manajemen pers, pada umumnya, terdiri dari beberapa bagian penting sebagai berikut:
1. Publishers (Penerbit). Penerbit merupakan bagian yang mengawali pendirian sebuah organisasi pers. Sebagai sebuah perusahaan yang berada di belakang koran atau majalah. Anggotanya antara lain ialah para pemilik saham.
2. Redaksi. Bagian redaksi ini menyangkut segala hal atau tingkatan dari pekerjaan penulisan (writing job). Administrasi keredaksian yang terdiri dari: Sekretaris Redaksi, Copy Boy dan Correctors. Bagian ini dipimpin oleh Pemimpin Redaksi (Managing Editor). Yang membawahi berbagai redaktur seperti: Layout Editor (membawahi Art/Designers), Photo Editor (membawahi Photopgraphers), serta bagian pemberitaan seperti News Editors, Feature Editor, Sports Editor, Other Dept dan Editorial (tajuk rencana). Pada bagian pemberitaan, ada bagian Copy Editors (yang bertugas menerima berita yang masuk dari wartawan di lapangan) dan para reporter (Reporters) yang bertugas meliput berita di lapangan.
3. Business Manager (Pemimpin Perusahaan). Bagian ini kerap disamakan dengan The Front Office, bagian depan dari perusahaan pers yang langsung menghadapi masyarakat atau pangsa pasar. Dipimpin oleh seorang Pemimpin Perusahaan, bagian ini bertugas: mengatur pembukuan, penagihan uang langganan, biro pembayaran biaya-biaya perusahaan, menentukan untung-rugi perusahaan tersebut -- tugas-tugas yang bersifat manajerial perusahaan.
4. Production Dept (Departemen Produksi) atau Percetakan. Bagian ini bertugas mencetak naskah dan gambar pemberitaan yang telah disusun dan didesain redaksi, untuk diproduksi menjadi ribuan eksemplar koran/majalah. Umumnya, bagian ini terdiri dari bagian Composing Room (ruang pengaturan cetakan) dan Platemaking (pembuatan plat cetakan koran/majalah); yang untuk selanjutnya masuk ke ruang ruang kerja Press Room (ruang cetak). Pada ruang cetak, ada dua bagian yang pelayanan (service dept.) dan pengiriman (Mailing dept.) koran/majalah.
H. CYBER JURNALISM
Dalam jangka waktu 10 tahun yang lalu, tak terbayangkan oleh manusia apa jadinya hidup ini tanpa mesin facsimile. Kemudian 5 tahun yang lalu, situasinya berubah drastis. Manusia mulai tak terpisahkan oleh telepon genggam. Kini, apa jadinya hidup manusia tanpa e-mail dan internet. Sungguh tak terbayangkan. Tapi itulah manusia, selalu ketagihan tanpa bisa protes.
World Wide Web mendapat perhatian publik yang sangat besar yang tidak dapat disamai oleh aplikasi internet lainnya. Pada tahun 1995, WWW menggantikan FTP sebagai aplikasi internet yang bertanggung jawab atas sebagian besar lalu lintas internet. Web telah menjadi sedemikian terkenalnya sehingga kadang dicampur adukkan dengan istilah internet itu sendiri meskipun pengertian di Web dan di Internet sebenarnya tidaklah sama.
Web adalah sistem pengiriman dokumen tersebar yang berjalan di internet. Web dikembangkan di CERN (European Center for Nuclear Research), suatu lembaga bagi penelitian fisika energi tinggi di Geneva, Swiss. Tujuan semula dari lembaga ini adalah untuk membantu para fisikawan di berbagai lokasi yang berbeda dalam bekerja sama dan berbagi material penelitian.
Web dengan cepat berkembang ke luar lingkup masyarakat fisika energi tinggi. Pada tahun 1993, terdapat 130 server web di internet. Setahun kemudian jumlahnya meningkat menjadi 2.738, dan pada bulan Juni 1995 terdapat 23.500 server web.
Sekarang ini web telah memiliki pemirsa dalam jumlah yang sangat besar di luar lingkup akademis: kurang lebih 30% dari server web yang tengah beroperasi saat ini berada di komputer dalam domain komersial, dan di sebagian industri, di mana keberadaaan perusahaan web sama pentingnya dengan memiliki telepon atau faks bagi tujuan komunikasi bisnis. Web sekarang telah menjadi media yang sangat penting bagi periklanan dan alamat web sekarang sudah umum dijumpai pada majalah, surat kabar, dan iklan televisi.
Internet memang revolusioner. Internet telah mengubah kehidupan manusia secara drastis. Ia juga telah menciptakan sebuah tatanan ekonomi baru. Ia telah mereformasi sejumlah praktek-praktek bisnis kuno.
Situs www.amazon.com misalnya, telah mengubah wajah industri eceran dan distribusi menjadi sedemikian revolusioner. Ebay.com telah mengembalikan sistem lelang yang telah dilupakan orang, menjadi sebuah mekanisme perdagangan baru. Dogpile.com telah menjadi kepustakaan raksasa untuk bertanya apa saja. Entah berapa banyak anak muda di lembah Sillicon yang telah menjadi milyarder gara-gara internet (Kafi Kurnia: Manfaat Internet, Kompascybermedia; 26/9/2000).
Lebih lanjut Kafi Kurnia menjelaskan bahwa, film “Blair Witch Project” menggunakan internet sebagai media yang kreatif dan murah untuk mempromosikan film mereka. Hanya dengan bermodalkan $ 15.000, situs Blair Witch Project berdiri. Tak kurang dari 75 juta orang telah mengunjungi situs itu. Dan ketika diputar, film ini menghasilkan rekor penjualan tiket tak kurang dari 100 juta dolar.
Sony menggunakan internet untuk memasarkan Play Station II. Hanya dalam 15 menit situsnya jatuh. Dalam sehari itu mereka menjual ludes 750.000 unit Play Station II. Buku Harry Potter yang dijual lewat Amazon.com, terjual sebanyak 400.000 eksemplar lebih hanya dalam 3 hari. Sebagai marketing tools, internet telah membuktikan sejumlah kiprahnya yang luar biasa itu.
Di Indonesia, menurut Kafi Kurnia, pemakai aktif internet masih belum mencapai 2 juta orang. Namun dengan internet, orang Indonesia mampu melakukan transaksi sejauh Rusia dan Eropa. Jadi keajaiban internet memang nyata. Sungguh nyata.
Tampaknya peran media cetak sudah beralih ke internet, mulai dari mencari bahan riset, berita, hingga mencari inspirasi. Sebuah survey yang disponsori agen public relation (PR) Burson-Marsteller, menemukan bahwa internet telah menggeser publikasi cetak sebagai sumber informasi bagi pada reporter (Baca: Internet, Sumber Berita Utama Bagi Wartawan; Kompas, 21/12/2000).
Lebih dari sepertiga reporter yang disurvey mengatakan bahwa internet merupakan tempat pertama untuk mencari data, hanya seperempat yang mengatakan bahwa mereka akan ke perpustakaan lebih dulu.
Studi ini juga menunjukkan bahwa para reporter tersebut banyak menghabiskan waktu bekerja secara online. Empat puluh persen responden mengatakan bahwa mereka menggunakan internet semanusiar 4 sampai 10 jam per minggu untuk penelitian dan mengecek berita. Sedangkan 40 persen lainnya, online 11 jam atau lebih per minggu.
Kebenaran informasi yang didapat dari internet ternyata sangat penting bagi seorang wartawan. Lebih dari separuh responden, 57 persen, mengatakan bahwa internet merupakan sebuah sumber yang bisa dipercaya.
Namun internet tidak hanya digunakan untuk penelitian. Empat puluh enam persen responden melakukan wawancara melalui e-mail, dan 31 persen sudah pernah melakukan konferensi pers secara online. Para wartawan itu mengatakan bahwa internet bisa diandalkan karena jaminan keamanan serta banyaknya informasi yang tersedia.
Jika para wartawan sudah merambah internet, industri PR belum bisa memanfaatkannya secara maksimal. Dari 25 persen responden yang menerima semanusiar 10 buah press release melalui e-mail, 10 persen mengatakan bahwa mereka jarang membuka e-mail ini. Dan kurang dari 10 persen mengatakan hanya membuka separuhnya. Menurut laporan IMT Strategies dari Council of Public Relations Firms, media-media tersebut tidak ingin menerima spam press release.
Bisnis PR telah berkembang 32 persen selama tahun 2000, namun, responden dari kalangan PR mengatakan bahwa internet berdampak negatif bagi bisnis mereka. Lebih dari 60 persen mengatakan bahwa internet telah memperpendek perputaran berita, menambah pekerjaan mereka, dan mempersingkat tenggang waktu penyelesaian.
Kurang dari 40 persen responden PR mengatakan bahwa internet merupakan sumber yang bagus bagi pekerjaan mereka. Mereka berpendapat bahwa internet telah merubah komunikasi di lingkungan PR, namun mereka masih berjuang menghadapi media baru tersebut.
Laporan IMT Strategies didasarkan pada wawancara dengan responden dari 35 agen PR dan 26 media. Burson-Marsteller melakukan survey terhadap 232 wartawan melalui e-mail.
-----
Nana Suryana.
Tulisan ini merupakan hasil dari job training saya saat masih kuliah di jurusan jurnalistik uin sgd bandung.
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar