Senin, 10 Mei 2010
Abah Endom, Pamali, dan Miyabi
Sepulang kerja, dengan penuh semangat ’45, saya bergegas menuju Pameran Buku Islamic Books Fair di Jalan Braga, Bandung. Tujuannya hanya satu; mencari buku yang berjudul “Pamali” sebagaimana disarankan oleh Abah Endom dalam diskusi kami di Dayeuhluhur on Facebook (DOF) beberapa waktu yang lalu. Pamali merupakan istilah bahasa Pasundan untuk menggambarkan berbagai norma tradisi lokal. Kalau norma tersebut dilanggar, maka akan timbul akibat tertentu.
Dalam tradisi filsafat positif, pamali dianggap tidak rasional karena pamali mengandung pernyataan (premis) yang tidak logis. Di satu sisi, pamali dipandang sebagai kearifan lokal yang sebenarnya mengandung rasionalitas tersendiri yang terkait dengan etika. Pamali atau pantangan adalah hal yang sering kita dengar dari orang tua atau kakek/nenek kita. Pantangan tersebut tentunya berawal dari banyaknya kasus yang terjadi karena melanggar pantangan tersebut meski segala sesuatunya adalah bersandarkan atas kehendak Tuhan. Percaya atau tidak, terserah bagaimana anda menyikapinya.
Sayangnya buku yang saya cari tak juga ditemukan. Akhirnya dengan sisa semangat yang tinggal separuh, saya datangi toko buku Gramedia di Bandung Super Mall (BSM). Sebelum saya iseng-iseng lihat film favorit apa yang sedang diputar di XXI. Sungguh saya merasa tercengang saat melihat salah satu film terfavorit pengunjung XXI saat ini. “Menculik Miyabi”. Woooww.....
Apakah film itu telah lolos sensor sehingga sukses diputar dan mampu mengungguli film box office lainnya? Bukankah beberapa bulan lalu, bangsa ini sempat dibuat heboh karena adanya rencana pembuatan film Menculik Miyabi?
Banyak orang yang mendukung film ini, namun juga banyak orang pula yang menolaknya. Tentu saja untuk yang pro kontra tentang pembuatan dan penayangan film ini mempunyai pandangan dan argument masing-masing. Beberapa alasan yang membuat tidak setuju tentang pembuatan dan di tayangkannya film ini telah bermunculan ketika rencana pembuatan film yang awalnya berjudul “Malin Kutang” ini di keluarkan.
Sementara pandangan saya tentang Miyabi, bahwa Miyabi sosok yang bisa menarik perhatian banyak orang, sehingga ini tentu saja menjadi kata kunci yang sangat mahal. Maklum Maria Ozawa, gadis cantik blasteran Kanada - Jepang ini bisa menjadi perhatian banyak orang, baik yang kontra dan pro tentang aktifitas miyabi dalam blue film.
Film Menculik Miyabi sendiri menceritakan tentang sebuah konflik yang terjadi diantara pemain yang menyebabkan penculikan terhadap Miyabi. Film ini bergender Komedi dan jauh dari unsur porno layaknya di video bokep.
Entah bagaimana caranya Maxima Pictures dan sutradara Raditya Dika, mampu melobi Lembaga Sensor Film (LSF) sehingga film ini bias lolos, namun kehadiran Maria Ozawa alias Miyabi pastinya telah ditunggu para penikmat film porno, termasuk saya! Dan terlepas dari pro kontra yang sedang terjadi, dengan semangat perjuangan ’45 yang kembali bergelora, uang yang awalnya untuk membeli buku “Pamali”, terpaksa harus berganti menjadi selembar karcis alias tiket masuk bioskop.....
Abah Endom, Kang Yoes, Emha Alahyar, Ka Ceceng, dan seluruh member DOF dan LKCB, maafkan saya hendak rehat sejenak hehehe....!!!
Bandung, 10 Mei 2010.
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar