Jumat, 19 Agustus 2011
3 IDIOT & MANIFESTO PENDIDIKAN KRITIS
Untuk menghabiskan waktu ‘ngabuburit’ menunggu waktu berbuka puasa, sore ini saya menonton film India “3 Idiot”. Seperti halnya kebanyakan film-film Bollywood lainnya tentunya mempunyai durasi yang panjang, maka otomatis saya bisa menontonnya dari ashar sampai magrib. Meski tidak menikmati film ini di bioskop, melainkan di layar laptop, tapi film ini mampu memberikan motivasi tersendiri bagi saya.
3 idiots sendiri bercerita tentang kehidupan tiga sekawan; Farhan Qureshi (R. Madhavan), Raju Rastogi (Sharman Joshi), dan Rancchoddas ''Rancho'' Shyamaldas Chanchad (Aamir Khan). Mereka adalah mahasiswa jurusan engineering yang menuntut ilmu pada Imperial College of Engineering, di Bangalore, India.
Farhan dan Raju berlatar belakang dari keluarga kelas menengah, yang bercita-cita mengangkat keluarga mereka dari benaman kemiskinan. Sedangkan Rancho yang jenius, dicitrakan gemar membagikan kebahagiaan lewat kejeniusannya. Permasalahan timbul karena dari tiga sekawan itu, hanya Rancho yang benar-benar ingin menjadi insinyur, karena bakat dan kemampuannya memang di area itu. Sedangkan Farhan dan Raju, sejatinya mempunyai minat pada bidang lain.
Konflik memuncak ketika pengajar mereka, Professor Viru Sahastrabudhhe atau Prof ViruS (Boman Irani), mempunyai teknik mengajar yang super keras. Yang memakan korban bunuh diri salah satu mahasiswanya, Joy Lobo. Cara mengajar tanpa kompromi inilah yang mendapat tentangan tiga sekawan itu, yang akhirnya mendapat julukan dari Profesor mereka dengan julukan; 3 Idiots.
Pada saat bersamaan kehadiran tokoh Chatur Ramalingam atau ''Silencer'', (Omi Vaidya) mahasiswa cemerlang yang merupakan antitesis atas keberadaan 3 idiot, membuat situasi menjadi makin pelik. Terlebih ketika Rancho mulai jatuh hati kepada Pia (Kareena Kapoor), mahasiswi Kedokteran, yang notabene anak dari Prof ViruS. Dinamika dan sengkarut perjalanan menuntun ilmu 3 sekawan yang ''idiot'', dan perjalanan mereka 10 tahun kemudian setelah kelulusannya dari Universitas itulah yang disajikan di film ini.
Dengan cara tutur kilas balik, dongeng tiga sekawan yang ''idiot'' dalam menentukan kesejatian diri, lengkap dengan dinamikanya untuk menyelamatkan martabat keluarga masing-masing (yang rela bertaruh apapun untuk kesuksesan anak-anak mereka di bangku kuliah itulah), yang disajikan di film ini dengan menggetarkan. Dengan pilihan dialog yang nyaris layak kutip semua, keriangan dan kesedihan ditubrukkan dengan indah di 3 Idiots. Tidak berlebihan, jika air mata dan tawa menyanding laras di film ini.
Kita bisa melihat bagaimana sebuah depresi menjadi akhir cita-cita atau melihat ketekunan yang menjadi pilihan seorang pembantu sekolah untuk bisa belajar dan banyak cerita tentang kebesaran jiwa yang bisa kita temui di film ini. Banyak kebesaran jiwa terekam dalam beberapa adegan dalam film 3 idiots ini.
"Hidup adalah perlombaan. Kalau Anda tidak berlari maka Anda akan diinjak-injak!" ujar sang rektor, Viru Sahastrabudhhe, ketika menyambut mahasiswa baru dengan wajah sangar.
Kita akan diajak berada di dalam ruang dengan pesan-pesan yang sangat aktual, misalnya bagaimana membantu orang lain mewujudkan impian mereka, selalu mengikuti kata hati, jangan takut menghadapi kehidupan ini, serta bila ingin sukses bertemanlah dengan orang yang inspiratif jangan dengan orang yang tidak mempunyai tujuan apa-apa. Juga, jangan memberi janji yang berlebihan.
Seperti kebanyakan film India, setting rumah sakit juga menjadi bagian penting. Tapi pelayanan rumah sakit di film itu tergambar maksimal. Pasien ditangani dengan cepat tanpa dihadang biaya panjar sebelum ditangani.
Jangan salahkan film ini jika anda tiba2 menangis, lalu tertawa kembali dan tegang melihat semua kekonyolan dan tragedi yang ada dalam film ini. Selain cerita yang sangat memberi pesan film ini juga menghadirkan gambar-gambar yang menarik, selain itu juga si pembuat film tidak lupa menghadirkan beberapa adegan yang menurut saya sebuah komedi satir tentang kondisi di India.
Dialog-dialog yang sangat ringan namun memiliki pesan yang cukup banyak dituturkan sangat baik oleh para pemain dalam film ini. Yang jelas permainan struktur cerita yang saling sambung memberikan emosi yang semakin baik dalam film ini.
Sebuah tontonan yang mampu memberikan ketegangan, kesedihan dan kebahagiaan. Sebuah film yang mampu memberikan tuntunan edukasi tanpa perlu menggurui.
Ngabuburit di Cibiru, 19 Puasa 1432 H
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar