<< Humanis - Kritis - Transformatif - Praxis >>

  • RSS
  • Delicious
  • Facebook
  • Twitter

Twitter

Rabu, 17 Agustus 2011

HARGA KESOPANAN?


Beberapa minggu yang lalu saya mendapat kiriman dua buah buku dari seorang sahabatku. Buku pertama adalah buku yang selama ini saya cari “9 Summers 10 Autumns” karya Iwan Setyawan. Sementara buku kedua berupa majalah islami yang memuat beberapa tulisan terkait dengan pedoman hidup yang sesuai dengan tuntunan al-qur’an dan hadits. Diantara kedua buku itu, terselip sepucuk surat mini yang ditulis tangan dengan singkat, padat dan nada penuh harap.



To: Nana….

Mudah-mudahan ini bisa menambah referensi dan inspirasi tuk menuangkan “kejujuran & kesopanan” dalam bentuk tulisan… aamiin…

Salam silaturrahim,

Rabu, 08 Juni 2011

Eldarita




Menurut perasaan saya, dalam kehidupan kita dewasa ini terdapat kecenderungan untuk menempatkan kesopanan di atas segalanya. Saya setuju sekali dengan anjuran untuk selalu bersikap dan berperilaku sopan. Tapi yang saya risaukan ialah, bahwa untuk mempertahankan kesopanan itu kita terkadang tidak segan-segan mengorbankan nilai-nilai lain, misalnya kebenaran, kejujuran, dan kehematan.



Kecenderungan itu terasa kuat sekali terutama kalau kita sedang menghadapi pihak-pihak yang menurut pandangan kita harus kita hargai, harus kita hormati. Menghadapi pihak seperti ini kita akan selalu berhati-hati. Kita akan berusaha agar tidak ada satu perbuatan kita yang dinilai kurang sopan. Kita akan berusaha untuk bersikap sopan dalam bersikap, berkata dan dalam perbuatan. Kita akan menghindari penggunaan kata-kata yang kasar, kita akan merendah dalam kalimat-kalimat kita. Dan kita akan hindarkan tingkah laku kita yang dapat menimbulkan rasa tidak enak pada pihak yang kita hormati.



Dalam pandangan saya, sikap kita seperti itu akan berbuah pada kesalahan yang fatal. Kita bisa terperangkap pada sikap safety first, sikap mengamankan diri secara berlebihan. Ada godaan untuk bersikap: “lebih baik mengurangi kebenaran tetapi tetap dianggap sopan daripada menyampaikan kebenaran secara utuh lalu dianggap tidak sopan. Lebih baik sedikit tidak jujur tetapi sopan daripada penuh kejujuran lalu dianggap tidak sopan. Lebih baik sedikit boros tetapi dianggap sopan daripada berhemat lalu dianggap kurang sopan”.



Adapun yang berbahaya dari sikap ini ialah, bahwa apa yang dimulai dengan “sedikit kurang benar”, “sedikit kurang jujur”, dan “sedikit boros”, tanpa disadari bisa berkembang menjadi kebohongan besar, penyelewengan besar, juga pemborosan besar-besaran. Kalau ini sampai terjadi, maka kita akan mengorbankan kebenaran, kejujuran dan kehematan untuk mempertahankan kesopanan. Apakah ini bukan termasuk harga yang terlampau mahal?



Saya rasa akan sangat sulit bagi kita untuk menempatkan kesopanan di bawah kebenaran, kejujuran dan kehematan. Cara yang sebaiknya kita tempuh ialah menempatkan kesopanan setaraf dengan kebenaran, kejujuran dan kehematan. Kalau ini yang menjadi pilihan kita, maka yang harus kita pelajari bersama ialah “berlaku sopan tanpa berbohong, berlaku sopan tanpa melakukan penyelewengan, dan berlaku sopan tanpa berbuat kemubadziran”. Saya rasa ini merupakan tantangan yang cukup besar bagi kita semua dewasa ini. Hal yang mudah diucapkan namun sulit dilakukan, bukan?



------------

Nana Suryana

Tasikmalaya, selepas tarawih; 03 Agustus 2011 M / 03 Ramadhan 1432 H.

Tulisan ini saya dedikasikan khusus untuk sahabatku, Eldarita! Thanks. Atas kehadiranmu, ghiroh diskusiku kian terpacu. Salam Angklung untuk The Purple!

Tidak ada komentar: