Jumat, 08 April 2011
CATUR & DINAMIKA POLITIK JELANG PILKADA CILACAP
Dalam jangka waktu dekat ini Kabupaten Cilacap akan menghadapi moment politik yang sangat menentukan bagi perjalanan sejarah politik ke depan. Pilkada akan digelar dalam jangka waktu dekat. Masing-masing kandidat atau calon bupati/wakil bupati yang akan maju, telah menyiapkan kuda-kuda dan bala-tentara untuk maju ke medan ‘kuru setra’ demi meraih kemenangan
Pastinya setiap kandidat memiliki format yang berbeda-beda dalam mengusung visi, misi dan juga program yang ditawarkan. Walaupun semuanya bermuara sama; “Menuju Cilacap ke arah yang lebih baik”. Geliat itu sudah mulai nampak, baik di ruang nyata maupun dalam realitas dunia maya. Di dunia nyata, agenda ‘safari politik’ kian gencar digalakan, gerakan ‘turba’ khas Orde Baru tampak lebih semarak. Tragedi kebakaran kilang Pertamina dan gempa bumi pun tak lepas dari komoditi untuk meraih simpati. Bahkan group band Wali pun’dipaksa’ ikut mengharu-birukan prosesi ini melalui ‘pembajakan’ lyric lagunya sebagai ‘mars/hymne’ salah satu kandidat. Hmmm…
Sementara di ruang maya, berbagai akun dukungan pada kandidat, kini bertebaran di jejaring social facebook maupun twitter. Ada yang sengaja dibuat oleh tim sukses kandidat, ada yang hasil inisiatif dari arus bawah, bahkan ada juga yang ‘murtad’ dari tujuan awal pembentukannya; awalnya untuk suara pemekaran Cilacap Barat, tapi pada akhirnya untuk mengarahkan dukungan pada salah satu kandidat. Hmmm… ada-ada saja! Tapi bisa jadi mereka melakukan hal itu karena memahami, bahwa jejaring sosial tersebut bisa menjadi ‘media promosi gratis’ dalam ajang penguasaan basic opini persuasive pada masyarakat.
Tentunya menjadi harapan kita sebagai masyarakat Kabupaten Cilacap, semoga ‘dagangan’ kandidat itu bukan sebatas dagelan dan retorika semata, tapi menjadi bagian dari strategi membangun komunikasi efektif antara kandidat dengan basis massanya, antara rakyat dan birokrat. Tentunya komunikasi tersebut bukan sekedar untuk memenangkan Pilkada dan merebut simpati semata. Jauh yang lebih penting dari semua itu adalah, bagaimana agar rakyat mampu terdidik untuk menyampaikan aspirasi yang selama ini terbelenggu oleh sistem yang ada.
Namun, bila kita telik lebih seksama, peta dan kondisi perpolitikan di Kabupaten Cilacap, sebenarnya tak berbeda dengan permainan catur. Keduanya memiliki kemiripan dan kesamaan tujuan, masing-masing pihak hendak mengalahkan yang lainnya. Apa lagi kita juga telah mahfum, bahwa pemain, pelaku maupun ‘broker’ politik yang akan bermain dalam pentas Pilkada adalah orang itu-itu juga. Kalau pun terjadi pergantian pemain, itu tak lebih dari sekedar ‘ayah turun ke anak’. Muka tampil beda, tapi merk masih sama!
Dalam permainan catur, ada beberapa aspek yang menjadi dasar dari permainan, yaitu: kuantitas atau jumlah buah catur, kualitas dari buah catur, tempo untuk membalikan keadaaan, dan posisi. Keempat hal ini tentunya sudah dipahami tim sukses masing-masing calon bupati/wakil bupati Cilacap. Selaku masyarakat, kita juga mesti memahami hal ini, minimal untuk memilah, mengawasi, dan mencermati sepak terjang kandidat yang akan menjadi pilihan kita nanti.
Pertama, Kuantitas. Dengan kuantitas massa yang sangat besar, tentunya akan memudahkan kandidat memenangkan Pilkada. Hal ini disebabkan iklim demokrasi mensyaratkan hal itu. Suara terbanyaklah yang akan tampil sebagai pemenang. Itulah system demokrasi prosedural! Bila kita buka peta politik Cilacap, maka akan nampak bahwa partai-partai besarlah yang akan mendominasi percaturan politik jelang Pilkada Cilacap ini. Sementara kita menyadari, bahwa dominasi yang dimainkan oleh partai-partai besar di Cilacap sekarang ini tak memberi perubahan yang berarti untuk kemajun Cilacap. Geliat pembangunan tak ada, jalan-jalan masih hancur, kemiskinan masih merajalela, bahkan pemekaran Kabupaten Majenang kian terlantar.
Kedua, Kualitas. Sudahlah tentu kualitas sangat memberikan pengaruh yang signifikan bagi perolehan suara. Kualitas tersebut menyangkut dua aspek; kualitas kandidat dan kualitas kendaraan yang digunakan. Kandidat yang memiliki track record baik dan popular di mata masyarakat, memiliki peluang kuat untuk memenangkan permainan ini. Sementara memperkuat jejaring dengan merekrut beberapa organisasi penting, tentunya akan menguatkan soliditas kendaraan tim, karena dengan demikian akan mendongkrak perolehan suara. Sayangnya, pada kedua aspek tersebut, kandidat yang akan bertanding di pentas Pilkada Cilacap belum ada yang memiliki track record baik. Kalau pun disebut popular, mereka hanya popular di spanduk, baliho, maupun berita. Maklumlah mereka besar karena media, bukan besar karena berangkat dari garis massa!
Ketiga, Tempo. Memilah waktu atau momentum yang tepat untuk melakukan konsolidasi merupakan bagian dari strategi yang mesti dimainkan. Tak luput dari itu semua, pemilihan issue juga mesti dilakukan dengan cerdik! Memanfaatkan isu-isu politik dengan harapan memberikan ‘pukulan’ yang telak bagi perolehan suara nanti. Sikap diam tak memberikan reaksi apapun juga merupakan bagian dari permainan catur. Tetapi jangan salah, diamnya bidak akan menghabiskan langkah musuh. Pun dengan wacana Pemekaran Kabupaten Majenang di arena pentas Pilkada Cilacap! Kita beryakin bahwa issue pemekaran ini akan menjadi issue dominan dalam mendulang suara kandidat, khususnya di wilayah Damangkawaguci. Akan banyak kandidat yang menjadikan issue pemekaran sebagai ‘barang dagangannya’. Tapi bakal ada juga yang berdiam diri hanya untuk pengamanan posisi. Sementara bagi warga Damangkawaguci pribadi, kata “Tak ada Pilkada tanpa Pemekaran” merupakan kalimat kunci untuk terus diperjuangkan!
Keempat, Posisi. Tentunya inilah peran yang paling penting dalam permainan catur. Sebanyak apapun kuantitas dan kualitas bidak, tetapi apabila pada posisi yang kurang menguntungkan, maka hal itu akan sia-sia sehingga mudah dikalahkan lawan. Sayangnya, dan tentu ini yang harus kita awasi, jangan sampai kandidat menggunaan fasilitas milik pemerintah, dan menggerakkan roda birokrasi untuk mendukung salah satu kandidat! Apa lagi kebiasaan ini sudah menjadi kelaziman yang sering dilakukan penguasa status quo.
Pada akhirnya, berbagai manuver politik dari tiap kandidat tentunya terilhami dari filosofi catur tersebut, karena tujuan akhir dari politik di pentas Pilkada ini adalah merebut kekuasaan dan memenangkan simpati masyarakat. Saat ini ‘perang politik’ mulai nampak sengit dilakukan kandidat. Siapa pun yang akan jadi pemenang, tentunya peran keempat faktor tadi sangatlah penting, dan yang paling penting ialah dukungan dari masyarakat Kabupaten Cilacap dan Ridho dari Tuhan Yang Maha Kuasa! Wallohu’alam…
Jumat, 08 April 2011.
Nana Suryana, warga Desa Hanum Kecamatan Dayeuhluhur.
Bagi yang ingin berinteraksi dan berkomentar dalam tulisan ini silahkan klik link dibawah ini:
http://www.facebook.com/note.php?saved&¬e_id=10150159429248151#!/note.php?note_id=10150159429248151
Tulisan ini juga telah diterbitkan di Cilacaap Media. untuk membukanya, klik: http://www.cilacapmedia.com/index.php/opini/1409-catur-dan-dinamika-politik-jelang-pilkada-cilacap
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar