Sabtu, 12 Juni 2010
jawaban atas segala tanya
kucoba menelusuri siapa yang memulai, salah add teman, catatan yang muncul dipermukaan dan kukasih jempol, tag demi tag, rasa penasaran, mencoba saling menelusuri dan mengenal. akhirnya sapaan dan sms panjang menjadi awal sebuah kisah...
siapa pula yang memulai duluan... sepertinya berangkat dari kekaguman, aku tak akan menyalahkan siapa pun, tak juga dirimu, ini semua salahku yang tak pernah bisa mematuhi pegangan diri untuk tidak pernah memulai ventilasi atas nama apapun. dan harus segera mengakhiri diskusi instens sebelum semuanya terlanjur saling membutuhkan dan ada keterikatan bathin...
namun sayang… rasa itu tak kuduga bisa datang lebih cepat dari yang diperkirakan...., maafkan aku... tak bisa menjaga hati ini...
“kata-katamu menyihirku hingga aku tak mampu rasional lagi... tapi kupikir ini semua hanyalah cinta sesaat..”
duuh kenapa manusia senang dipuja? apakah karena manusia memiliki sifat asmaul husna, al khabir? maha besar? ya manusia suka kebesaran,dipuja dan disanjung asal jangan mendominasi... seperti ruhNya yang ditiupkan padaku.
aku selalu terhanyut oleh pujian dan pujaanmu kubiarkan kau tetap memujaku seperti bintang-bintang yang setia menemaniku dan senandung angin malam yang melelapkan ku dalam lelapku, kau adalah bulan yang cahayanya menerangi malam sepiku, kau adalah kunang-kunang yang menghiasi gelapnya malam, engkaulah pemujaku, pemuja terbaik diantara sekain banyak pemuja.
seperti yang pernah kaka katakan pada dinda..
“entah darimana semua ini berawal... tapi yang kutahu semua karena ketidak-sadaran"ataukah kesadaran ku tebar pesona dihatimu hingga akhirnya kau menuai cinta”.
aku telah tebar pesona sepertinya, hingga kau menuai cinta, aku terhanyut perasaan, hingga tak bisa kukemudikan perahu kita, tak bisa kudayung kearah yang semestinya. kepolosanku yang kau kagumi, sesunguhnya adalah kelemahanku, kemanjaanku yang kau sukai sungguhnya adalah godanku, dan kedewasaanku adalah kekaguman yang kau puja... yang mungkin malah membuatmu terluka...
bersamamu aku bisa hidup dan bergairah dalam musim kemarau panjang, bersamamu aku merasakan kehangatan walau diluar sana hujan mengguyur dengan angin berderu kencang. bersama mu inspirasiku menuai arah, bersamamu aku belajar banyak hal dalam hidup ini, bahkan arti sebuah persahabatan, perbedaan, keterbukaan dan kejujuran serta penerimaan. aku bahkan mendadak bisa menguntai puisi-puisi indan nan romantis, puisi cinta yang sebelumnya entah terkubur dimana. bersamamu aku juga bisa memaki diriku yang selama ini tak pernah kulakukan sungguh, aku ini sangat bodoh ! benar-benar bodoh!
kata-kata lebih membuai dan tak pernah gagal penetrasi, kata-katamu membuai anganku, menghipnotisku, membuat aku selalu meunggu dan merindukannya. seperti sabda suci yang mesti dipatuhi, seperti pembawa kabar yang selalu dirndukan. kata-kata memang lebih dahsyat dari pada kenyataan, merasuki benakakau dan menguasi jiwaku.
kaka, diakhir cerita kita, aku tetap putuskan aku akan selalu menerima kasih cintamu sebagai mensyukurinya adalah anugrah terindah yang pernah kumiliki. hanya saudara! aku tak pernah berharap kehilanganmu aku tak mau itu! apalagi sebelumnya dalam sesat kita, kau pernah meninggalkanku, dan aku kehilanganmu.
“aku gila” ka..! aku gila. aku sakit dan tersiksa! sekali lagi aku hanya sebagai saudara, namun aku tak pernah mau kehilanganmu, tak akan pernah!"
tiba-tiba aku merasa sungguh egois dan kataku berubah menjadi “setajam pisau untuk mu”. aku tahu kau pasti bisa menerimanya seperti ungkapmu.
"kaka... kita harus ingat, cinta sejati kita adalah keluarga kita, itulah yang terbaik, cinta ini hanya sesaat ka…"
kuyakin itu, walau kau mencoba merebut hatiku dan menggoyahkan keyakinanku, membuat aku merasa bersalah dengan ucapmu...
“walau hanya sesaat dinda, tapi dari ketersaatan itu ada yang begitu menggelora…”
kaka, dinda masih harus banyak belajar darimu untuk hidup ini dan belajar untuk bertahan hidup dalam emnghadapi pongahnya waktu dan zaman.
“jangan pernah tinggalkan dinda... aku memohon dengan segenap jiwaku semurni dan setulus hatiku... jangan pernah tinggalka dinda....”
dalam isak tangisku redam gairah dalam pedih ini. walau kutahu ini sangat paradoks, kisah kita sangat paradoks... seperti yang pernah kaka desahkan senyap kata itu padaku, entahlah bahkan aku tak megerti makna paradoks yang sebenarnya.
“arrggghhh.... ka, setiap saat aku memikirkanmu. aku tak bisa tidur walau kau hantarkan aku dengan ucapan terindah, do’a termulia dan lagu teromantis yang kau dendangkan untukakau… bahkan bisikan mesra yang menggetarkan seluruh aliran darahku, merontokan hatiku sebagai nina-bobo menjelangku beranjak keperaduan saat ku pamit meminta izin mu. dinda mohon pamit ka, salam takzim untuk mu, do’a dan puja dinda teruntuk kaka seorang….”
kuraih tangan mu dan kucium dengan takzim. engkau pun mengecup kening dan bola mataku sebagai tanda kasih abadi…
kenyataannya aku tak pernah bisa tidur ka, tidurku selalu dalam jaga, mata terpejam namun otaku masih bekerja, memikirkan mu, mengingat semua ucapmu.
“ka... inikah jua cinta yang kurasakan? walaupun tak segelora dirimu... siang malam aku tak bisa melupakanmu, waktu susah sunggu mengingatmu penuh seluruh, susah payah kucoba hadirkan bayangmu… tak pernah ada ka..."
atau mungkin karena kau sudah terbiasa dipuja, sehingga tak ada yang merasa istimewa, hanya rasa kesenanagan semata? bahkan aku kadang merasa, itu semua hanya rayuan gombal yang sama seperti yang mereka pujakan untuku...apakah yang beda...? sungguh aku tak bisa menghargai ketulusan mu, sungguh hatiku jahat!
“ka... aku drof, otaku hipertensi, memikirkan mu.. pikiranku over load, badanku low bath.. down ka. aku merasa kehabisan energi, terkuras oleh pikiranku, aku lelah ka...”
aku malas melakukan apapun, aku malas makan dan bergegas... seperti perawan yang baru jatuh cinta. kucoba hadirkan bayangmu tapi aku tak mampu! bahkan imajinasi tentang mu pun tak bisa ku ungkap.
ingatan tentang mu adalah selaksa tinta yang hadir diruang maya.... tanpa wajah tanpa suara hanya kata-kata yang hadir dari ruang hati kita, namun mewarnai semua dinding-dinding dan kamar rahaisa jiwa kita.
hanya sebatas rasa,,,
sepertinya tak lebih...
dia akhir malam aku selalu memohon maaf pada mu ka... untukmu ka... entah kapan kisah ini berakhir… dan entah bagaimana cerita ini berlanjut… aku akan tetap setia mengharapkan mu, agar esok aku bisa bangun menyambut hari dengan senyumanmu dengan sapaan dan kehangatan kasihmu dan hari-hari ku berlalu tanpa pernah meragu...
kucium lengan kekarmu yang menggenggam kehormatan namun lebut oleh sentuhan kasih sayang mu dengan takzim, kupinta do’a tertulus darimu,
“kaka, dinda pamit,do’akan selalu adikmu ini selalu agar menjadi wanita dan istri yang sholehah, serta menjdi adik yang baik buat kaka….”
kau pun mengecup kening dan kedua bola mata dinda, seraya berucap,
“selalu dinda… tanpa diminta, doa terbaik kaka akan selalu terkirim dan terpuja untuk mu seorang…”
basah mataku, enggan beranjak pergi,seperti juga dirimu yang selalu menahanku untuk pergi.
”sebentar lagi dinda., sebentar lagi… please…”
akupun mengabulkan pintamu walau hanya sekejap, kudengar lagi ucap terdalammu…
“terakhir... dinda, andai saja jarak tidak memisahkan kita, andai saja waktu dapat berjalan mundur, mungkin saat ini kaka akan mengulang kejadian yang menurutku telah kaka lewatkan dengan sia-sia. dan pasti kaka akan memilih untuk bisa dekat dengan dinda. namun itu semua tidak dapat kaka lalui, karena itu hanyalah harapan yang mustahil, dan karena semua adalah semu....”
itulah kata-kata mu dipenghujung pagi yang kau ucapkan padaku yang mungkin aku tak sempat membacanya karena telah beranjak keperaduan. lalu kau pun akhirnya mengirimkan melodi “selamat malam “ yang dinyanyikan oleh iwan fals... sebagai lagu nina-bobo untukku...
rumah ini mendadak suwung, kamar ini mendadak senyap seperti juga suwung dan senyap kamar hatiku...aku kehilangan “gairah”mu…
- - -
3.4.5. 02 juni 2010. pukul 13.11 wib
kupersemabahkan hanya untuk mu, siang dan malam kutulis ini untuk sebagai jawaban atas tanya dan sebagai tunai atas hak janjiku padamau...
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar