<< Humanis - Kritis - Transformatif - Praxis >>

  • RSS
  • Delicious
  • Facebook
  • Twitter

Twitter

Jumat, 21 Mei 2010

[cinta] terlarang



Inikah cinta?
Yang melenyapkan segala batasan…
Lahir dari hati yang sama.
Cintaku terlarang…
Cintaku yang terindah…
Meski pada akhirnya…
Aku harus kembali…
Pada cinta yang sesungguhnya!

Setahuku, dasar dari cinta adalah kasih. Ventilasi bercelah yang disebut nurani. Esa sebuah rasa yang berkelindan tak henti. Dan yang selalu berasa disetiap malam. Itulah cinta…
Lewat catatan ini, kulantunkan nyanyian hati tanpa melodi. Untukmu, wanita dari semua kaum Hawa yang ku puja. Atas nama cinta, dari kecintaan yang tak lagi teraba...
Kau tahu, waktu pun kini angkat bicara. Akan gandrungku yang memuja raga. Akan rinduku pada sebuah pesona. Akan hanyutku yang disengaja memabukan jiwa. Dan terangsanglah daya pikirku untuk mengungkap rahasia hati. Yang terperas di kegelapan hampa, yang membumbung dikesunyian malam…
Kutebarkan aroma wangi yang memabukan jiwa, meski tanpa aneka bunga. Satu tahun aku menunggu, dua tahun aku menanti. Tiga bahkan telah menjadi empat dan lima. Tak berasa, kini dua belas tahun sudah terlewat.
Aku hanya ingin membuka sebuah tirai. Sebentuk kabut yang menutupi pandangan tiap insan. Tentang cinta dan keabadian rasa. Tentang bening kasih yang teralpa. Tentang raga yang mencintai jiwa yang sama...
Bukankah Tuhan telah menciptakan kita dari sesuatu yang sama? Dari buah cinta dan kenikmatan yang serupa? Dari degup jantung yang seirama? Dari perhiasan birahi yang indah? Lalu mengapa persamaan itu dianggap tak ada, saat perbedaan ada pada kita? Kenapa mesti berbuah kata “Terlarang”? Hmmm....

Bandung, 19 Mei 2010 Pukul 01.19 WIB

Tidak ada komentar: