Selasa, 20 September 2011
Remaja; Problem & Solusinya!
Brak!!! Mira membanting pintu kamarnya dengan keras. Brug!!! Tas sekolahnya dilempar ke kasur. Pluk!!! Seekor cicak terjatuh saking kagetnya mendengar pintu dibanting. Waaa!!! Kalau ini Mira ngejerit karena cicak itu jatuh tepat di kakinya.
Setelah berjingkrak-jingkrak tak karuan, badannya pun ikut ambruk menyusul tasnya. Di sudut matanya terlihat aliran bening air mata. Mira sedih bukan lantaran kejatuhan cicak. Bukan juga lantaran tidak diizinkan pak RT jadi peserta lomba panjat pinang. Pelsajar kelas 3 MTs ini lagi ngambek sama mamanya. Soalnya mama tidak mengijinkan dia untuk jalan-jalan ke mal sampe sore sepulang sekolah; atau minta jatah uang sakunya dijadiin bulanan; atau ikut clubbing di malam minggu bareng teman-temannya; atau pakai baju tang top ngikuti tren; atau punya teman deket laki-laki dan masih banyak lagi tren remaja yang mau Mira ikutin.
Padahal Mira sudah udah tiga belas tahun. Dan teman-teman sebayanya pada bisa ngikut tren. Kenapa Mira tidak boleh? Makanya dari sepulang sekolah tadi, dia mogok keluar kamar. Kecuali pas lagi lapar, mau ke toilet, pas mamanya nawarin es krim, atau pas tukang somay kesenangannya lewat.
Kasus model Mira di atas kayaknya sering sekali kita dengar. Bisa jadi kita juga pernah ngalami. ehm...ehm...jadi malu!!!
Di usia yang menginjak remaja, kita sering merasa orang tua belum memberikan kebebasan. Orang tua masih menganggap kita anak kecil. Setiap jengkal keseharian kita masih diatur sama orang tua. Dari mulai bangun tidur sampai tidur lagi. Sementara di luar rumah, alam kebebasan yang mulai banyak digandrungi teman-teman remaja menggoda kita untuk mencicipinya.
Seks bebas, lari dari rumah (broken home), buang bayi, mengedarkan narkoba, alkohol, bolos sekolah, dan prilaku buruk remaja lainnya menumbuhkan perkara haram. Semua perbuatan itu hanya sebagian kecil dari permasalahan sosial di kalangan remaja kita. Ini adalah ciri-ciri remaja yang tidak merdeka. Siapakah yang bersalah?
Remaja adalah masa peralihan dari anak-anak menuju dewasa. Pada usia tersebut mereka sangat naif terhadap berbagai perkara, mereka selalu ingin mencoba semua yang ada di dunia ini tanpa memikirkan akibatnya di masa yang akan datang.
Masalah sosial remaja memang sedang dibicarakan di mana-mana. Bukan saja masalah ini terjadi di Indonesia, tetapi di negara maju dan juga dunia ketiga. Remaja masa kini hidup penuh dengan godaan demi kemajuan dan kemodernan sehingga mereka kini hidup dengan penuh kebebasan. Kebebasan remaja kini tiada terbatas lagi hingga berlaku yang menimbulkan masalah sosial di kalangan mereka yang bergelar remaja.
Permasalahan sosial di kalangan remaja masa kini amat membimbangkan banyak pihak terutama sekali golongan orang tua dan golongan pendidik atau guru. Adakah keruntuhan akhlak remaja ini berlaku seiring dengan pembangunan negara dan kemajuan teknologi? Adakah akhlak remaja semakin jatuh dan tidak dapat dibendung lagi?
A. Pengertian Remaja
Istilah remaja berasal dari kata latin adolescere yang berarti “tumbuh” atau “tumbuh menjadi dewasa”. Istilah adolescence (dari bahasa Inggris) yang dipergunakan saat ini mempunyai arti yang cukup luas mencakup kematangan mental, emosional, sosial dan fisik. Masa remaja adalah usia dimana seseorang mulai berintegrasi dengan masyarakat dewasa. Remaja tidak lagi merasa di bawah tingkat orang yang lebih tua melainkan berada dalam tingkatan yang sama, sekurang-kurangnya dalam masalah hak.
Masa remaja juga sebagai masa penghubung atau masa peralihan antara masa kanak-kanak dengan masa dewasa. Pada periode remaja terjadi perubahan besar mengenai fungsi-fungsi rohaniah dan jasmaniah. Yang sangat menonjol pada periode ini adalah kesadaran yang mendalam mengenai diri sendiri dimana remaja mulai meyakini kemampuannya, potensi dan cita-cita sendiri. Dengan kesadaran tersebut remaja berusaha menemukan jalan hidupnya dan mulai mencari nilai-nilai tertentu, seperti kebaikan, keluhuran, kebijaksanaan, dan keindahan.
Pada remaja terdapat tugas-tugas perkembangan yang sebaiknya dipenuhi. Semua tugas perkembangan pada masa remaja dipusatkan pada penanggulangan sikap dan pola perilaku yang kekanak-kanakan dan mengadakan persiapan untuk menghadapi masa dewasa. Adapun tugas perkembangan remaja itu adalah :
1. Mencapai peran sosial pria dan wanita
2. Mencapai hubungan baru dan yang lebih matang dengan teman sebaya baik pria maupun wanita
3. Menerima keadaan fisiknya dan menggunakan tubuhnya secara efektif
4. Mencapai kemadirian emosional dari orang tua dan orang dewasa lainnya
5. Mempersiapkan karir ekonomi untuk masa yang akan datang
6. Mempersiapkan perkawainan dan keluarga
7. Memperoleh perangkat nilai dan sistem etis sebagai pegangan untuk berperilaku dan mengembangkan pemikiran.
Berdasarkan uraian di atas, maka dapat diambil kesimpulan bahwa masa remaja merupakan masa penghubung antara masa anak-anak menuju masa dewasa. Pada masa remaja terdapat berbagai perubahan, di antaranya terjadi perubahan intelektual dan cara berpikir remaja, terjadinya perubahan fisik yang sangat cepat, terjadinya perubahan sosial, dimana remaja mulai berintegrasi dengan masyarakat luas serta pada masa remaja mulai meyakini kemampuannya, potensi serta cita-cita diri. Selanjutnya pada masa remaja terdapat tugas-tugas perkembangan yang sebaiknya dipenuhi sehingga pada akhirnya remaja bisa dengan mantap melangkah ke tahapan perkembangan selanjutnya.
B. Konsep Diri Remaja
Pada masa remaja terdapat 8 kondisi yang mempengaruhi konsep diri yang dimilikinya, yaitu :
Pertama, Usia kematangan. Remaja yang matang lebih awal dan diperlakukan hampir seperti orang dewasa akan mengembangkan konsep diri yang menyenangkan sehingga dapat menyesuaikan diri dengan baik. Tetapi apabila remaja matang terlambat dan diperlakukan seperti anak-anak akan merasa bernasib kurang baik sehingga kurang bisa menyesuaikan diri.
Kedua, Penampilan diri. Penampilan diri yang berbeda bisa membuat remaja merasa rendah diri. Daya tarik fisik yang dimiliki sangat mempengaruhi dalam pembuatan penilaian tentang ciri kepribadian seorang remaja.
Ketiga, Kepatutan seks. Kepatutan seks dalam penampilan diri, minat dan perilaku membantu remaja mencapai konsep diri yang baik. Ketidakpatutan seks membuat remaja sadar dari dan hal ini memberi akibat buruk pada perilakunya.
Keempat, Nama dan julukan. Remaja peka dan merasa malu bila teman-teman sekelompok menilai namanya buruk atau bila mereka memberi nama dan julukan yang bernada cemoohan.
Kelima, Hubungan keluarga. Seorang remaja yang memiliki hubungan yang dekat dengan salah satu anggota keluarga akan mengidentifikasikan dirinya dengan orang tersebut dan juga ingin mengembangkan pola kepribadian yang sama.
Keenam, Teman-teman sebaya. Teman sebaya mempengaruhi pola kepribadian remaja dalam dua cara. Pertama, konsep diri remaja merupakan cerminan dari anggapan tentang konsep temanteman tentang dirinya dan yang kedua, seorang remaja berada dalam tekanan untuk mengembangkan ciri-ciri kepribadian yang diakui oleh kelompok.
Ketujuh, Kreativitas. Remaja yang semasa kanak-kanak didorong untuk kreatif dalam bermain dan dalam tugas belajar, mengembangkan perasaan pribadi dan identitas yang memberi pengaruh yang baik pada konsep dirinya. Sebaliknya, remaja yang sejak awal masa kanak-kanak didorong untuk mengikuti pola yang sudah diakui akan kurang mempunyai perasaan identitas dan pribadi.
Kedelapan, Cita-cita. Bila seorang remaja tidak memiliki cita-cita yang realistik, maka akan mengalami kegagalan. Hal ini akan menimbulkan perasaan tidak mampu dan reaksi-reaksi bertahan dimana remaja tersebut akan menyalahkan orang lain atas kegagalannya. Remaja yang realistis pada kemampuannya akan lebih banyak mengalami keberhasilan daripada kegagalan. Hal ini akan menimbulkan kepercayaan diri dan kepuasan diri yang lebih besar yang memberikan konsep diri yang lebih baik.
Berdasarkan penjelasan di atas maka dapat diambil kesimpulan bahwa Konsep diri pada remaja dipengaruhi oleh usia, kematangan, penampilan diri, kepatutan seks, nama dan julukan, hubungan keluarga, teman sebaya, kreativitas, cita-cita serta jenis kelamin.
C. Batasan Usia Remaja
Banyak batasan usia remaja yang diungkapkan oleh para ahli. Diantaranya adalah pendapat Kartono yang membagi masa remaja menjadi masa pra pubertas, masa pubertas dan masa adolesensi. Sementara Monks, dkk membagi fase-fase masa remaja menjadi tiga tahap, yaitu :
1. Remaja Awal (12 sampai 15 tahun)
Pada rentang usia ini, remaja mengalami pertumbuhan jasmani yang sangat pesat dan perkembangan intelektual yang sangat intensif, sehingga minat anak pada dunia luar sangat besar dan pada saat ini remaja tidak mau dianggap kanak-kanak lagi namun belum bisa meninggalkan pola kekanak-kanakannya. Selain tu pada masa ini remaja belum tahu apa yang diinginkannya, remaja sering merasa sunyi, ragu-ragu, tidak stabil, tidak puas, dan merasa kecewa.
2. Remaja Pertengahan (15-18 tahun)
Pada rentang usia ini, kepribadian remaja masih bersifat kekanak-kanakan, namun pada usia remaja sudah timbul unsur baru, yaitu kesadaran akan kepribadian dan kehidupan badaniah sendiri. Remaja mulai menemukan nialai-nilai tertentu dan melakukan perenungan terhadap pemikiran dan etika. Maka, dari perasaan yang penuh keraguan pada usai remaja awal maka pada rentang usia ini mulai timbul kemantapan pada diri sendiri yang lebih berbobot. Rasa percaya diri pada remaja menimbulkan kesanggupan pada dirinya untuk melakukan penilaian terhadap tingkah laku yang telah dilakukannya. Selain itu pada masa ini remaja mulai menemukan diri sendiri atau jadi dirinya.
3. Masa Remaja Akhir (18-21 tahun)
Pada rentang usia ini, remaja sudah merasa mantap dan stabil. Remaja sudah mengenal dirinya dan ingin hidup dengan pola hidup yang digariskan sendiri, dengan itikad baik dan keberanian. Remaja mulai memahami arah kehidupannya, dan menyadari tujuan hidupnya. Remaja sudah mempunyai pendirian tertentu berdasarkan satu pola yang jelas yang baru ditemukannya.
D. Karaktertistik Remaja
Memasuki umur belasan tahun, biasanya remaja mulai merasakan perubahan yang terjadi pada dirinya. Dari mulai perubahan fisik sampai non fisik yang meliputi kelabilan emosi, perkembangan jiwa, dan pembentukan karakter. Suara yang pecah, adanya jakun pada laki-laki, atau mulai tumbuhnya payudara pada wanita menunjukkan adanya perubahan fisik.
Orang yang telah beranjak remaja umumnya mempunyai ciri-ciri khusus dalam fisik atau badannya, terutama melihat perubahan yang terjadi pada badannya. Ciri-ciri tersebut ditetapkan dalam hukum Islam, yaitu baligh, artinya sudah sampai pada usia tertentu, hingga siap untuk menerima hukum yang ditentukan oleh Islam, sehingga orang tersebut harus mempertanggungjawabkannya sendiri. Adapun ciri-ciri fisik orang yang sudah baligh diantaranya:
a. Ihtilam, artinya keluar air sperma ketika tidur yang disebabkan oleh mimpi jima atau lainnya, keluarnya sperma biasanya ketika menginjak usia 12 atau 15 tahun lebih bagi laki-laki.
b. Bertumbuhnya rambut pada bagian-bagian tertentu, seperti kumis atau janggut bagi laki-laki atau rambut yang ada di atas kemaluan.
c. Bertumbuhnya bagian tubuh tertentu, seperti tumbuh jakun atau benjolan pada leher seorang laki-laki, atau tumbuhnya dada (payudara) bagi perempuan.
d. Membesarnya suara, hal ini disebabkan pita suara yang ada ada di dalam kerongkongan membesar, hingga berpengaruh pada suara yang dikeluarkannya.
e. Keluar haid bagi perempuan, yaitu darah yang keluar dari kemaluan peremuan atas jalan sehat dalam waktu-waktu tertentu. Haid atau menstruasi bisanya keluar jika perepuan sudah menginjak 9 tahun atau 15 tahun.
Apabila ciri-ciri tersebut tidak ditemukan, misalnya karena ada gangguan jasmani, maka karakteristik fisik remaja dapat ditentukan oleh usia. Dalam hal ini ulama berbeda pendapat dalam menentukan usia yang di capai oleh seseorang yang telah baligh atau masuk masa remaja.
Menurut Imam Maliki dan Imam Hanafi, usia baligh bagi laki-laki adalah 18 tahun dan bagi perempuan adalah 17 tahun. Sementara menurut Imam Syafi’i, usia baligh bagi laki-laki dan perempuan sama, yaitu 15 tahun.
Tapi untuk perubahan non fisik, tidak terlalu keliatan. Kita cuma bisa menebak dari gejala yang ditunjukkan remaja dalam perilakunya. Pakar psikologi bilang, fase ini dikenal dengan proses “pencarian jati diri” yang dilalui remaja untuk mengetahui peranan dan kedudukannya dalam lingkungan sekaligus mengenali dirinya lebih dekat.
Sifat remaja dipengaruhi oleh beberapa faktor, seperti lingkungan keluarga, lingkungan tempat tinggal dan teman bergaul. Apabila semua faktor tersebut benar-benar baik, maka sifat remaja pun akan baik, sebaliknya jika faktornya buruk, maka sifatnya pun akan buruk pula.
Dalam proses pencarian jati diri, remaja biasanya memerlukan kemandirian yang meliputi: Perilaku mampu berinisiatif, mampu mengatasi hambatan/masalah, mempunyai rasa percaya diri dan dapat melakukan sesuatu sendiri tanpa bantuan orang lain.
Ya, lambat laun remaja berusaha melepaskan ikatan psikis dengan orang tua. Mereka mau dihargai sebagai orang dewasa. Mau bisa berpikir secara merdeka; bisa mengambil keputusan sendiri; punya hak untuk menerima atau menolak masukan dari pihak lain; dan belajar bertanggung jawab terhadap setiap perbuatannya.
Pada dasarnya kemandirian remaja terdiri dari beberapa aspek, yaitu:
1. Emosi, aspek ini ditunjukan dengan kemampuan mengontrol emosi dan tidak tergantungnya kebutuhan emosi dari orang tua.
2. Ekonomi, aspek ini ditunjukan dengan kemampuan mengatur ekonomi dan tidak tergantungnya kebutuhan ekonomi pada orang tua.
3. Intelektual, aspek ini ditunjukan dengan kemampuan untuk mengatasi berbagai masalah yang dihadapi.
4. Sosial, aspek ini ditunjukan dengan kemampuan untuk mengadakan interaksi dengan orang lain dan tidak tergantung atau menunggu aksi dari orang lain.
Itulah sedikit tinjauan psikologis akan kebebasan yang dikehendaki remaja. Intinya, remaja mau mandiri! Tidak cuma makan atau mandi sendiri, tapi juga dipercaya dalam berpikir, berbuat, dan bersikap sesuai dengan keinginannya.
E. Ketika Kebebasan Menjadi Kebablasan
Setiap orang tua pasti mengerti kalau suatu saat nanti, mereka harus rela melepaskan anaknya hidup mandiri. Dan memang bagusnya, proses itu diawali oleh orang tua ketika sang anak menginjak usia remaja. Namun, pergaulan remaja modern yang kental dengan nuansa kebebasan membuat sebagian orang tua keberatan untuk memenuhi keinginan anaknya.
Ya, bagaimana tidak, gencarnya arus budaya Barat yang membidik remaja membuat tuntutan kebebasan remaja bergeser menjadi liar tak terkendali. Pola hidup sekuler yang dipraktekkan masyarakat Barat jelas-jelas bertolak belakang dengan kehidupan kita selaku muslim. Parahnya, gaya hidup sekuler itu makin populer di mata remaja dan sering kali menjadi acuan dalam perjalanannya mencari identitas diri.
Beberapa akibat kebebasan yang kebablasan hasil jiplakan remaja terhadap budaya barat adalah:
Pertama, free thinker alias bebas berpikir. Remaja merasa punya hak untuk berpikir tanpa dibatasi oleh norma-norma agama. Terutama dalam upaya mencari jalan keluar dari masalah yang dihadapi atau cara untuk meraih keinginannya. Tidak ada yang ngontrol saat benaknya memberi jalan pintas untuk membereskan masalahnya. Bisa bunuh diri, nge- drugs , atau nyekek botol minuman keras. Bisa juga jadi pelaku kriminal atau wanita “bispak” pas lagi tidak punya uang. Tidak ada juga yang memberi pengarahan di benaknya saat kebutuhan nalurinya minta dipenuhi.
Demi popularitas dan limpahan harta, harga diri dan kehormatan rela dipertaruhkan di kontes kecantikan. Ketika pornoaksi bin pornografi yang mudah ditemui menggedor hasratnya, apa saja bakal dilakukan asalkan terpuaskan. Urusan dosa atau penjara, itu urusan belakangan.
Kedua, permissif alias bebas berbuat. Mau apa saja di mana saja jadi prinsip remaja dalam berbuat. Pokoknya serba boleh! Mulai dari cara berbusana, berdandan, berbicara, bergaul, atau berperilaku. Bangga jika daya tarik seksualnya disapu setiap mata lawan jenis yang jelalatan. Anti malu jadi pusat perhatian orang lantaran dandanannya yang urakan, norak, dan kekurangan bahan. Dan tidak punya rem buat ngendalian tutur katanya. Ceplas-ceplos alias asal bunyi. Dan semuanya dilakukan tanpa risih dengan mengantongi label kebebasan berekspresi.
Ketiga, free Sex alias pergaulan bebas. Saat ini, pergaulan bebas antar lawan jenis yang banyak digandrungi remaja sangat mudah terkontaminasi unsur cinta dan seks. Apalagi ditambah dengan kampanye terselubung “anti jomblo” yang diopinikan media via sinetron remaja. Setiap remaja merasa harus punya pacar biar eksis dalam pergaulan.
Tidak sebatas punya pacar, pergaulan bebas pun sangat membuka peluang bagi remaja untuk aktif melakukan aktivitas seksual. Pemicunya, bisa karena nonton vcd porno yang dijual bebas atau melihat tayangan erotis di televisi. Kurangnya kontrol dari orang tua, sekolah, atau masyarakat membuat mereka enjoy berpetualang menikmati kepuasan sesaat.
Q.S Al Alaq : 6
Artinya :
“Ketahuilah! Sesungguhnya manusia benar-benar melampaui batas”. (Q.S Al Alaq : 6)
Nah coba saja bayangkan oleh kita, bagaimana tidak keder orang tua dengan akibat kebebasan remaja yang kebablasan seperti dipaparkan di atas. Niat orang tua memberi kebebasan agar mandiri, bisa-bisa nyasar malah anak remajanya kehilangan harga diri. Makanya kita pantas ber-husnudzan sama orang tua. Kalau mau dipercaya orang tua, jalin komunikasi dan tunjukkan dong kalau kita sudah dewasa dan siap belajar mandiri. Tidak perlu pakai ngambek. Malu donk sama seragam sekolahnya?
F. Dewasa Di Usia Remaja
Kemandirian bagi remaja memang sangat diperlukan untuk mendukung perkembangan jiwanya. Tapi kita harus berpikir seribu kali kalau remaja dibiarkan menafsirkan sendiri kebebasan yang dikehendakinya. Jiwa remaja yang labil, sangat mudah terwarnai oleh lingkungan sekitar. Gelora jiwa mudanya paling gampang terpincut sama budaya Barat yang steril dari aturan Islam. Makanya harus ada perhatian agar generasi muda Islam tidak salah langkah dalam menapaki jalan panjang mencari jati diri.
Sebagai remaja muslim wajib sadar kalau kebebasan dalam berpikir dan berperilaku tidak pernah disejajarkan dalam Islam. Islam mengajarkan adanya kehidupan akhirat yang akan memintai pertanggungjawaban setiap amal perbuatan kita di dunia. Otomatis ini nyambung dengan tabungan pahala dan dosa yang kita kumpulkan sepanjang hidup di dunia. Tiket surga bakal kita peroleh kalau pahala kita surplus. Sebaliknya, kita bakal diceburkan ke dalam neraka seandainya dosa kita yang surplus.
Dan pahala itu baru kita dapatkan kalau Allah ridha dengan perbuatan kita. Itu berarti keterikatan dengan aturan Islam seharusnya jadi standar perbuatan dalam keseharian kita. Kalau sudah seperti ini, masa iya kita mau melepaskan diri dari aturan Allah demi sebuah kebebasan? Allah Swt. berfirman:
QS. Al-Maidah : 50
Artinya:
Apakah hukum Jahiliyah yang mereka kehendaki, dan (hukum) siapakah yang lebih baik daripada (hukum) Allah bagi orang yang yakin? (QS. al-Maidah : 50)
Sebagai pengingat, kita bisa renungkan firman Allah Swt.:
QS. Al-Mudatsir : 38
Artinya:
Tiap-tiap diri bertanggung jawab atas apa yang telah diperbuatnya, (QS. al-Mudatsir : 38)
Usia remaja mengharuskan kita belajar untuk bertanggung jawab. Masa depan di dunia dan akhirat ada di tangan kita. Bukan dalam genggaman orang tua atau uluran tangan dari seorang teman. Proses pembelajaran itu bisa kita awali dengan mengkaji Islam dengan giat. Agar keimanan kita terhadap hubungan kehidupan dunia dan akhirat terpatri dengan kuat.
Selain itu, aturan Islam yang komplit juga menawarkan solusi untuk setiap permasalahan hidup yang kita temui. Pemahaman Islam seperti ini yang akan membiasakan kita untuk berpikir panjang sebelum berbuat. Hawa nafsu dan godaan setan mampu kita tundukkan. Sehingga setiap langkah yang kita ambil bisa memberikan kebaikan. Inilah cerminan dari kedewasaan kita dalam bersikap dan berbuat.
Kebebasan berekspresi bagi remaja tidak seharusnya dapet dukungan penuh dari orang tua dan pihak sekolah. Khawatir kebablasan dan menjerumuskan mereka ke dalam kemaksiatan. Orang tua dan pihak sekolah akan lebih berperan jika bersedia memfasilitasi dan mengizinkan adanya pengajian yang menjembatani remaja dalam melalui masa transisinya dengan positif. Dan kekhawatiran akan pengaruh buruk lingkungan akan sedikit terkurangi. Sebab ketika remaja jauh dari pantauan orang tua dan pengawasan pihak sekolah, akidah Islam akan menjaganya. Bukankah ini yang kita kehendaki?
G. Gaul Bebas Itu Tidak Sehat!
Lelaki mana sih yang tidak punya teman wanita? Tarzan saja yang tiap hari gaul sama penghuni hutan senang bisa bisa bersahabat sama Jane. Manusia memang harus berinteraksi satu sama lain. Biar tidak ketinggalan informasi. Itu barang kali yang suka dijadikan alasan pentingnya jadi anak gaul. Dan belum bisa dibilang gaul kalau cuma berkecimpung di dunia sejenis. Wanita sama teman wanita atau lelaki ama teman lelaki. Tapi harus ada kolaborasi antara pergaulan wanita-lelaki.
Q.S Al-Hujurat : 13
Artinya :
“Hai manusia, sesungguhnya Kami menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan seorang perempuan dan menjadikan kamu berbangsa-bangsa dan bersuku-suku supaya kamu saling kenal mengenal”. (QS. Al Hujurat : 13)
Gaul bebas memang sudah jadi budaya remaja. Karena secara alamiah, remaja mulai mengalami pertumbuhan dan perkembangan secara fisik, psikologis, dan sosial. Secara fisik, organ-organ tubuh termasuk organ reproduksi mulai matang. Secara psikologis, remaja mulai mengurangi ketergantungannya dengan orang tua. Dan secara sosial, remaja mulai mengenal dunia luar. Gaul sama teman-teman sebaya maupun masyarakat luas.
Pada usia remaja juga rasa ketertarikan dengan lawan jenis lagi hangat-hangatnya. Virus ‘merah jambu' pun mulai menjangkiti. Dampaknya sudah bisa kita lihat dengan mata kepala dan mata kaki sendiri. Pacaran yang diawali dari PDKT, kencan, dan membuat komitmen makin populer di kalangan remaja. Seolah ada aturan tak tertulis yang mengharuskan remaja punya pacar. Katanya pacaran bisa memupuk kedewasaan dalam emosi dan kepribadian.
Pacaran yang identik dengan gaul bebas tidak akan pernah aman dari bidikan panah beracun berlumur nafsu yang dilontarkan setan. Pacaran hanya menjadi ajang baku syahwat. Karena unsur nafsu seksual kian mendominasi. Pegangan tangan, cipiki (cium pipi kiri) cipika (cium pipi kanan) plus cibi (cium bibir) yang katanya jadi bumbu penyedap orang pacaran tidak tabu lagi dilakukan.
Kita juga tidak asal ngomong kalau batas antara gaul bebas atau pacaran dengan seks bebas kian bias. Buktinya, sekitar 18-20% remaja di Indonesia pernah melakukan hubungan seks bebas. Belum lagi berita menghebohkan ketika suatu penelitian yang dilakukan oleh Lembaga Studi Cinta dan Kemanusiaan serta Pusat Pelatihan Bisnis dan Humaniora menunjukkan hampir 97,05% mahasiswi di Yogyakarta sudah hilang keperawanannya saat kuliah. Yang lebih mengenaskan, semua responden mengaku melakukan hubungan seks tanpa ada paksaan. Semua dilakukan atas dasar suka sama suka dan adanya kebutuhan. Selain itu, ada sebagian responden mengaku melakukan hubungan seks dengan lebih dari satu pasangan dan tidak bersifat komersil.
H. Resiko Gaul Tidak Sehat
Banyak akibat gaul bebas yang tidak sehat itu. Ibaratnya kulit kita yang luka terus terinfeksi kuman. Sudah suhu badan kita naik, basah sama keringat dingin, lukanya juga bisa korengan, terus dihinggapi lalat lagi. Bukannya kita mendramatisir keadaan, tapi memang itu kenyataannya. Gaul bebas yang berujung seks bebas itu bisa berakibat pada Kehamilan yang Tidak Dikehendaki alias KTD. Sudah begitu tidak sedikit yang depresi.
Parahnya, remaja yang ketahuan hamil di luar nikah suka mengambil keputusan nekat. Apalagi pacarnya tidak mau bertanggung jawab atau belum siap berumah tangga. Jadinya ada yang tega-teganya membuang bayi. Bahkan tidak sedikit yang mengambil keputusan mengaborsi janin yang tengah dikandungnya. Tidak salah kalau ada yang bilang mereka cuma ingin enaknya, tapi tidak mau anaknya. Ada juga nasib remaja putri yang masuk ke dunia PSK karena merasa sudah tidak suci lagi.
Selain KTD, resiko gaul bebas juga bisa berupa menjangkitnya virus HIV/AIDS atau penyakit menular seksual. Karena bisa jadi maraknya seks bebas itu memancing remaja masuk di tempat lain yang tidak steril. Atau akibat penyalahgunaan narkoba.
Survey yang dilakukan oleh BKKBN LDFE UI (2000) memperlihatkan di Indonesia terjadi 2,4 juta kasus aborsi per tahun dan sekira 21% (700-800 ribu) dilakukan oleh remaja. Hal lain yang lebih menarik adalah sekira 11% dari seluruh kelahiran di Indonesia adalah usia remaja dan 43% wanita melahirkan anak pertama kurang dari 9 bulan sejak tanggal pernikahannya. Dilaporkan pula angka PMS di kalangan remaja sekira 4,18% serta 50% jumlah penderita HIV/AIDS di Jawa Barat adalah usia 15-29 tahun (KPAD Jawa Barat, Desember 2001). Angka pengguna narkoba oleh remaja berjumlah 2736 (BPS, 2000).
I. Gaul Sehat yang Pakai Syariat
Di tempat pengajian kita bakal dapatkan wawasan bagaimana Islam mengatur pergaulan manusia. Secara prinsipil, kehidupan Islam memang memisahkan antara pria dan wanita. Biar tidak sama dengan gaulnya hewan yang bebas tanpa aturan. Tapi, Islam juga memperbolehkan adanya hubungan antar lawan jenis jika hal itu mengharuskan keduanya untuk berinteraksi. Seperti dalam aktivitas jual beli, perburuhan, kedokteran, paramedis, pertanian, industri, dan sejenisnya.
Untuk urusan gaul bebas remaja, dari awal Islam sudah mengatur biar tidak kebablasan. Di antaranya larangan untuk berkhalwat alias berdua-duaan dengan lawan jenis. Seperti orang pacaran, bawaannya mau mojok melulu. Padahal setan tidak pernah absen untuk menggoda orang yang lagi berkhalwat. Tidak salah kan kalau aktivitas pacaran itu merupakan pintu menuju zina.
Q.S Al Isra : 32
Artinya :
“Dan janganlah kamu mendekati zina, sesungguhnya zina itu adalah suatu perbuatan yang keji dan suatu jalan yang buruk.” (Q.S Al Isra : 32).
Islam juga memerintahkan kepada muslim dan muslimah untuk menundukkan pandangannya. Biar kita bisa jaga mata dan hati kita dari bisikan setan. Kewajiban muslimah untuk menutup aurat secara sempurna di tempat umum akan menjaga kesucian mereka. Plus tidak akan memancing desir adrenalin dari lawan jenisnya. Negara pun akan melarang peredaran informasi atau acara televisi yang berorientasi seksual dalam memandang hubungan antar manusia.
Q.S Al-Ahzab : 59
Artinya:
“Hai Nabi katakanlah kepada istri-istrimu, dan anak-anak perempuanmu, dan istri-istri orang mukmin, hendaklah merteka mengulurkan jilbabnya (kerudung) ke seluruh tubuh mereka, demikian itu supaya mereka di kenal, karena itu mereka tidak diganggu”. (QS. Al-Ahzab : 59)
Nah, kalau kita sudah tidak tahan menahan nafsu dan takut terjerumus ke perzinahan, segeralah menikah. Seperti sabda Rasulullah saw: Wahai para pemuda, barangsiapa di antara kamu memiliki kemampuan untuk menikah, maka nikahlah, sebab nikah itu dapat menundukkan pandangan dan memelihara kemaluan; tetapi barang siapa belum mampu, maka hendaknya ia berpuasa, sebab puasa itu baginya merupakan pelindung. (HR. Bukhari).
Tapi kalau dirasa kamu belum memiliki kemampuan untuk menikah, maka isilah hari-harimu dengan belajar. Terutama memperdalam Islam. Dengan belajar dan fokus kepada kegiatan lain, kita jadi terpalingkan dari pikiran yang menjurus. Belajar juga bisa membuat kita punya benteng dalam menghadapi gempuran budaya Barat.
Jangan lupakan juga kewajiban kita belajar di sekolah atau mengasah keterampilan untuk bekal kerja. Sekaligus dengan segera menyehatkan pergaulan kita pakai aturan Islam. Biar sehat dan tidak terkontaminasi maksiat.
Dari tata cara bergaul di atas, kita bisa menyimpulkan bahwa sebagai remaja muslim harus menunjukan perilaku yang sesuai dengan ajaran Islam. Perilaku-perilaku tersebut diantaranya:
1. Rajin belajar dan mengaji.
2. Meningkatkan keimanan dan ketakwaan kepada Allah Swt.
3. Bertaubat dan ampunan kepada Allah Swt atas dosa yang telah kita perbuat.
4. Berbicara yang baik dan benar.
5. Bergaul tidak hanya dengan orang yang seusia
6. Bergaul dengan tidak menyakiti orang lain.
7. Selalu menutup aurat dan menjauhi perbuatan zina.
IKTISAR
1. Istilah remaja berasal dari kata latin adolescere yang berarti “tumbuh” atau “tumbuh menjadi dewasa”. Remaja adalah masa peralihan dari anak-anak menuju dewasa. Pada masa remaja terdapat berbagai perubahan, di antaranya terjadi perubahan intelektual dan cara berpikir remaja, terjadinya perubahan fisik yang sangat cepat, terjadinya perubahan sosial, dimana remaja mulai berintegrasi dengan masyarakat luas serta pada masa remaja mulai meyakini kemampuannya, potensi serta cita-cita diri. Selanjutnya pada masa remaja terdapat tugas-tugas perkembangan yang sebaiknya dipenuhi sehingga pada akhirnya remaja bisa dengan mantap melangkah ke tahapan perkembangan selanjutnya.
2. Konsep diri pada remaja dipengaruhi oleh usia, kematangan, penampilan diri, kepatutan seks, nama dan julukan, hubungan keluarga, teman sebaya, kreativitas, cita-cita serta jenis kelamin.
3. Kartono yang membagi masa remaja menjadi masa pra pubertas, masa pubertas dan masa adolesensi. Sementara Monks, dkk membagi fase-fase masa remaja menjadi tiga tahap: Remaja Awal (12 sampai 15 tahun), Remaja Pertengahan (15-18 tahun), Masa Remaja Akhir (18-21 tahun).
4. Orang yang telah beranjak remaja umumnya mempunyai ciri-ciri khusus dalam fisik atau badannya. Ciri-ciri tersebut ditetapkan dalam hukum Islam, yaitu baligh. Adapun ciri fisik orang yang sudah baligh diantaranya: Ihtilam, bertumbuhnya rambut pada bagian-bagian tertentu, bertumbuhnya bagian tubuh tertentu, membesarnya suara, dan keluar haid bagi perempuan.
5. Untuk perubahan non fisik, tidak terlalu keliatan, tapi bisa dilihat dari gejala yang ditunjukkan remaja dalam perilakunya. Fase ini dikenal dengan proses pencarian jati diri yang dilalui remaja untuk mengetahui peranan dan kedudukannya dalam lingkungan sekaligus mengenali dirinya lebih dekat.
6. Pada dasarnya kemandirian remaja terdiri dari beberapa aspek, yaitu: Emosi (kemampuan mengontrol emosi dan tidak tergantungnya kebutuhan emosi dari orang tua), Ekonomi (kemampuan mengatur ekonomi dan tidak tergantungnya kebutuhan ekonomi pada orang tua), Intelektual (kemampuan untuk mengatasi berbagai masalah yang dihadapi), Sosial (kemampuan untuk mengadakan interaksi dengan orang lain dan tidak tergantung atau menunggu aksi dari orang lain).
7. Sifat remaja dipengaruhi oleh beberapa faktor, seperti lingkungan keluarga, lingkungan tempat tinggal dan teman bergaul. Apabila semua faktor tersebut benar-benar baik, maka sifat remaja pun akan baik, sebaliknya jika faktornya buruk, maka sifatnya pun akan buruk pula.
8. Masalah sosial remaja memang sedang dibicarakan di mana-mana. Seks bebas, lari dari rumah, buang bayi, mengedarkan narkoba, alkohol, bolos sekolah, dan prilaku buruk remaja lainnya menumbuhkan perkara haram. Semua perbuatan itu hanya sebagian kecil dari permasalahan sosial di kalangan remaja.
9. Beberapa akibat kebebasan yang kebablasan hasil jiplakan remaja terhadap budaya barat adalah: free thinker (bebas berpikir), permissif (bebas berbuat), free Sex (pergaulan bebas).
10. Sebagai remaja muslim harus menunjukan perilaku yang sesuai dengan ajaran islam. Perilaku-perilaku tersebut diantaranya: rajin belajar dan mengaji, meningkatkan keimanan kepada Allah Swt, bertaubat atas dosa yang telah diperbuat, berbicara yang baik dan benar, bergaul tidak hanya dengan orang yang seusia, bergaul dengan tidak menyakiti orang lain, selalu menutup aurat dan menjauhi perbuatan zina.
Langganan:
Postingan (Atom)