<< Humanis - Kritis - Transformatif - Praxis >>

  • RSS
  • Delicious
  • Facebook
  • Twitter
  • "....ada kisah yang belum usai...."

    Akhirnya langkah ini tiba pada sebuah sketsa. Dalam kecamuk, amuk dan peluk. Ada yang terkunci saat ingin membuka segala. Meski cuma lewat kata. Satu hal yang kuyakin; adalah jengahku pasti hadir dalam lembaran ini. Hanya, bacalah! Simaklah! Lalu silahkan saja sinismu terngiang dan kan ada rutuk yang melenggang. Atau paling tidak, pandanglah! Dan jauhkan ia pelan, kelak tak ada perihal yang membayang. Hingga entah kapan kan terhiba kata yang dikurung naifnya keangkuhan...

  • Kuwariskan semua ini hanya untukmu...

    Mahakarya inilah salah satu warisan yang akan kuberikan. Maka kutulis sabda ini untukmu, Anakku. Meski Ayah sendiri sebenarnya tak mengerti di mana bermula maksud ini. Tapi ayah tidak memiliki kemampuan menuliskan isyarat hati. Ayah juga berharap dirimu damai adanya. Sebab doaku telah kurangkumkan pada mega. Ia kan menaungimu dari durja dunia. Dan bagi ayah, beritamu adalah segalanya. Apa yang ayah jalani tidak lagi berarti bila kamu, anakku, tak lagi mengilhami! Kamu adalah anakku, dan anak dari ingatan yang kuwariskan padamu...

  • Merayakan Keberagaman Keberagamaan...

    Setidaknya ada tiga hal yang ingin disampaikan tafsir emansipatoris; Islam Emansipatoris ingin memberikan perspektif baru terhadap teks, Menempatkan manusia sebagai subyek penafsiran keagamaan, Memiliki konsern kepada persoalan kemanusiaan ketimbang pada persoalan teologis. Islam Emansipatoris ingin mengalihkan perhatian agama dari persoalan langit (teosentrisme) menuju persoalan riil yang dihadapi manusia (antroposentrisme). Penekanannya pada aspek praksis, sehingga agama tidak hanya dipahami sebagai ritualisme melainkan pembebasan masyarakat dari segala penindasan!

Twitter

Minggu, 13 Juni 2010

aku ingin disisimu, sayangku...



Ada orang yang menghabiskan waktunya berziarah ke Mekah.
Ada orang yang menghabiskan waktunya berjudi di Miraza.

Tapi aku ingin habiskan waktuku di sisimu, sayangku.
Bicara tentang anjing-anjing kita yang nakal dan lucu.
Atau tentang bunga-bunga yang manis di lembah mendala wangi.

Ada serdadu-serdadu Amerika yang mati kena bom di Danang.
Ada bayi-bayi yang mati lapar di Biafra.

Tapi aku ingin mati di sisimu, manisku.
Setelah kita bosan hidup dan terus bertanya-tanya.
Tentang tujuan hidup yang tak satu setan pun tahu.

Mari sini sayangku.
Kalian yang pernah mesra, yang pernah baik dan simpati padaku.
Tegaklah ke langit luas atau awan yang mendung.
Kita tak pernah menanamkan apa-apa, kita tak 'kan pernah kehilangan apa-apa.

-- Soe Hok Gie --
Catatan Seorang Demonstran
Selasa, 11 November 1969

Sabtu, 12 Juni 2010

Andai Aku adalah Marx


Andaikan aku adalah Marx, aku akan berkhutbah di mesjid-mesjid, gapura-gapura, pura, vihara, dijalanan, dilapangan terbuka, dan dimanapun, sehingga tak ada tempat untuk meneriakan kembali “AGAMA ADALAH CANDU!”, pengekang kebebasan yang menafikan potensi kemanusiaan, mencambuki kuda-kuda ternak.

Dan aku akan meniru ulah Nietszhe yang menciumi kuda-kuda itu seraya bekata “GOD IS DEAD ...!”. atau aku akan bekata lantang layaknya Voltaire “ORANG TELAH MENGGUNAKAN AGAMA MENJADI KUDA UNTUK KEUNTUNGAN DIRI SENDIRI ...”. atau aku akan sama skeptisnya terhadap agama seperti Bertrand Russel yang sekeptis karena melihat prilaku agamawan yang irasional.

Di Indonesia, aku akan mengkampanyekan pembubaran Departemen Agama yang aku anggap telah ‘menikam’ tuhan dengan menggunakan firman-Nya. Sepenuhnya aku akan dukung Sobari yang berkata “KEMBALIKAN AGAMA KEPADA PUBLIK”.

Jika ada yang berkata aku anti Tuhan, aku akan berkata “YA ... AKU ANTI TUHAN ANDA YANG TIDAK MEMBEBASKAN”. Selanjutnya aku akan bertanya “ANDA TAKUT TERHADAP PEMBEBASAN?”, dan dengan tak sadar anda telah ungkapkan “TUHANKU ADALAH PENGEKANG!”.

Aku berbeda dengan anda, karena anda tidak memiliki ‘tuhan’ yang tak membebaskan. Akhirnya aku akan mendatangi kuburan Lenin dan berkata “SIALAN KAU ... !!? TELAH MENGGUNAKAN KEBEBASAN DARI PEMIKIRANKU DENGAN CARA YANG TAK MEMBEBASKAN, TAK EMANSIPATIF, MENGEKANG, DAN FASIS!!?”


-- 16 mei 2006 --

jawaban atas segala tanya


kucoba menelusuri siapa yang memulai, salah add teman, catatan yang muncul dipermukaan dan kukasih jempol, tag demi tag, rasa penasaran, mencoba saling menelusuri dan mengenal. akhirnya sapaan dan sms panjang menjadi awal sebuah kisah...

siapa pula yang memulai duluan... sepertinya berangkat dari kekaguman, aku tak akan menyalahkan siapa pun, tak juga dirimu, ini semua salahku yang tak pernah bisa mematuhi pegangan diri untuk tidak pernah memulai ventilasi atas nama apapun. dan harus segera mengakhiri diskusi instens sebelum semuanya terlanjur saling membutuhkan dan ada keterikatan bathin...

namun sayang… rasa itu tak kuduga bisa datang lebih cepat dari yang diperkirakan...., maafkan aku... tak bisa menjaga hati ini...

“kata-katamu menyihirku hingga aku tak mampu rasional lagi... tapi kupikir ini semua hanyalah cinta sesaat..”

duuh kenapa manusia senang dipuja? apakah karena manusia memiliki sifat asmaul husna, al khabir? maha besar? ya manusia suka kebesaran,dipuja dan disanjung asal jangan mendominasi... seperti ruhNya yang ditiupkan padaku.

aku selalu terhanyut oleh pujian dan pujaanmu kubiarkan kau tetap memujaku seperti bintang-bintang yang setia menemaniku dan senandung angin malam yang melelapkan ku dalam lelapku, kau adalah bulan yang cahayanya menerangi malam sepiku, kau adalah kunang-kunang yang menghiasi gelapnya malam, engkaulah pemujaku, pemuja terbaik diantara sekain banyak pemuja.

seperti yang pernah kaka katakan pada dinda..

“entah darimana semua ini berawal... tapi yang kutahu semua karena ketidak-sadaran"ataukah kesadaran ku tebar pesona dihatimu hingga akhirnya kau menuai cinta”.

aku telah tebar pesona sepertinya, hingga kau menuai cinta, aku terhanyut perasaan, hingga tak bisa kukemudikan perahu kita, tak bisa kudayung kearah yang semestinya. kepolosanku yang kau kagumi, sesunguhnya adalah kelemahanku, kemanjaanku yang kau sukai sungguhnya adalah godanku, dan kedewasaanku adalah kekaguman yang kau puja... yang mungkin malah membuatmu terluka...

bersamamu aku bisa hidup dan bergairah dalam musim kemarau panjang, bersamamu aku merasakan kehangatan walau diluar sana hujan mengguyur dengan angin berderu kencang. bersama mu inspirasiku menuai arah, bersamamu aku belajar banyak hal dalam hidup ini, bahkan arti sebuah persahabatan, perbedaan, keterbukaan dan kejujuran serta penerimaan. aku bahkan mendadak bisa menguntai puisi-puisi indan nan romantis, puisi cinta yang sebelumnya entah terkubur dimana. bersamamu aku juga bisa memaki diriku yang selama ini tak pernah kulakukan sungguh, aku ini sangat bodoh ! benar-benar bodoh!

kata-kata lebih membuai dan tak pernah gagal penetrasi, kata-katamu membuai anganku, menghipnotisku, membuat aku selalu meunggu dan merindukannya. seperti sabda suci yang mesti dipatuhi, seperti pembawa kabar yang selalu dirndukan. kata-kata memang lebih dahsyat dari pada kenyataan, merasuki benakakau dan menguasi jiwaku.

kaka, diakhir cerita kita, aku tetap putuskan aku akan selalu menerima kasih cintamu sebagai mensyukurinya adalah anugrah terindah yang pernah kumiliki. hanya saudara! aku tak pernah berharap kehilanganmu aku tak mau itu! apalagi sebelumnya dalam sesat kita, kau pernah meninggalkanku, dan aku kehilanganmu.

“aku gila” ka..! aku gila. aku sakit dan tersiksa! sekali lagi aku hanya sebagai saudara, namun aku tak pernah mau kehilanganmu, tak akan pernah!"

tiba-tiba aku merasa sungguh egois dan kataku berubah menjadi “setajam pisau untuk mu”. aku tahu kau pasti bisa menerimanya seperti ungkapmu.

"kaka... kita harus ingat, cinta sejati kita adalah keluarga kita, itulah yang terbaik, cinta ini hanya sesaat ka…"

kuyakin itu, walau kau mencoba merebut hatiku dan menggoyahkan keyakinanku, membuat aku merasa bersalah dengan ucapmu...

“walau hanya sesaat dinda, tapi dari ketersaatan itu ada yang begitu menggelora…”

kaka, dinda masih harus banyak belajar darimu untuk hidup ini dan belajar untuk bertahan hidup dalam emnghadapi pongahnya waktu dan zaman.

“jangan pernah tinggalkan dinda... aku memohon dengan segenap jiwaku semurni dan setulus hatiku... jangan pernah tinggalka dinda....”

dalam isak tangisku redam gairah dalam pedih ini. walau kutahu ini sangat paradoks, kisah kita sangat paradoks... seperti yang pernah kaka desahkan senyap kata itu padaku, entahlah bahkan aku tak megerti makna paradoks yang sebenarnya.

“arrggghhh.... ka, setiap saat aku memikirkanmu. aku tak bisa tidur walau kau hantarkan aku dengan ucapan terindah, do’a termulia dan lagu teromantis yang kau dendangkan untukakau… bahkan bisikan mesra yang menggetarkan seluruh aliran darahku, merontokan hatiku sebagai nina-bobo menjelangku beranjak keperaduan saat ku pamit meminta izin mu. dinda mohon pamit ka, salam takzim untuk mu, do’a dan puja dinda teruntuk kaka seorang….”

kuraih tangan mu dan kucium dengan takzim. engkau pun mengecup kening dan bola mataku sebagai tanda kasih abadi…

kenyataannya aku tak pernah bisa tidur ka, tidurku selalu dalam jaga, mata terpejam namun otaku masih bekerja, memikirkan mu, mengingat semua ucapmu.

“ka... inikah jua cinta yang kurasakan? walaupun tak segelora dirimu... siang malam aku tak bisa melupakanmu, waktu susah sunggu mengingatmu penuh seluruh, susah payah kucoba hadirkan bayangmu… tak pernah ada ka..."

atau mungkin karena kau sudah terbiasa dipuja, sehingga tak ada yang merasa istimewa, hanya rasa kesenanagan semata? bahkan aku kadang merasa, itu semua hanya rayuan gombal yang sama seperti yang mereka pujakan untuku...apakah yang beda...? sungguh aku tak bisa menghargai ketulusan mu, sungguh hatiku jahat!

“ka... aku drof, otaku hipertensi, memikirkan mu.. pikiranku over load, badanku low bath.. down ka. aku merasa kehabisan energi, terkuras oleh pikiranku, aku lelah ka...”

aku malas melakukan apapun, aku malas makan dan bergegas... seperti perawan yang baru jatuh cinta. kucoba hadirkan bayangmu tapi aku tak mampu! bahkan imajinasi tentang mu pun tak bisa ku ungkap.

ingatan tentang mu adalah selaksa tinta yang hadir diruang maya.... tanpa wajah tanpa suara hanya kata-kata yang hadir dari ruang hati kita, namun mewarnai semua dinding-dinding dan kamar rahaisa jiwa kita.

hanya sebatas rasa,,,
sepertinya tak lebih...


dia akhir malam aku selalu memohon maaf pada mu ka... untukmu ka... entah kapan kisah ini berakhir… dan entah bagaimana cerita ini berlanjut… aku akan tetap setia mengharapkan mu, agar esok aku bisa bangun menyambut hari dengan senyumanmu dengan sapaan dan kehangatan kasihmu dan hari-hari ku berlalu tanpa pernah meragu...

kucium lengan kekarmu yang menggenggam kehormatan namun lebut oleh sentuhan kasih sayang mu dengan takzim, kupinta do’a tertulus darimu,

“kaka, dinda pamit,do’akan selalu adikmu ini selalu agar menjadi wanita dan istri yang sholehah, serta menjdi adik yang baik buat kaka….”

kau pun mengecup kening dan kedua bola mata dinda, seraya berucap,

“selalu dinda… tanpa diminta, doa terbaik kaka akan selalu terkirim dan terpuja untuk mu seorang…”

basah mataku, enggan beranjak pergi,seperti juga dirimu yang selalu menahanku untuk pergi.

”sebentar lagi dinda., sebentar lagi… please…”

akupun mengabulkan pintamu walau hanya sekejap, kudengar lagi ucap terdalammu…

“terakhir... dinda, andai saja jarak tidak memisahkan kita, andai saja waktu dapat berjalan mundur, mungkin saat ini kaka akan mengulang kejadian yang menurutku telah kaka lewatkan dengan sia-sia. dan pasti kaka akan memilih untuk bisa dekat dengan dinda. namun itu semua tidak dapat kaka lalui, karena itu hanyalah harapan yang mustahil, dan karena semua adalah semu....”

itulah kata-kata mu dipenghujung pagi yang kau ucapkan padaku yang mungkin aku tak sempat membacanya karena telah beranjak keperaduan. lalu kau pun akhirnya mengirimkan melodi “selamat malam “ yang dinyanyikan oleh iwan fals... sebagai lagu nina-bobo untukku...

rumah ini mendadak suwung, kamar ini mendadak senyap seperti juga suwung dan senyap kamar hatiku...aku kehilangan “gairah”mu…

- - -

3.4.5. 02 juni 2010. pukul 13.11 wib
kupersemabahkan hanya untuk mu, siang dan malam kutulis ini untuk sebagai jawaban atas tanya dan sebagai tunai atas hak janjiku padamau...

terjebak dalam angin kembara


entah harus kumulai dari perjalanan kisah cerita ini, dari mana harus kurangkai kata-kata terindah yang ingin kuungkap dan kucurahkan sebagai jawaban atas segala tanyamu, sebagai penenang untuk semua resah dan gelisahmu, sebagai air tuk puaskan dahagamu, sebagai obat untuk kerinduanmu... semuanya membingungkan dan tak jelas... sebingung hatiku yang tak tentu arah tujuan, terseret terjatuh dalam angin kembara
terjebak dalam angin kembara.

mengurai makna,
melanglang buana keujung dimensi,
dehidrasi kalam...
air hanyalah fatamorgana...
hakikat diri itu ghoib.
batu, dan semuanya itu ghoib
semuanya hilang, nol.......


berawal dari sebuah pertanyaanmu, kau berharap aku menilai semua tentang dirimu menurut pandangan diriku..walau ku masih tak mengerti arah dan tujuan pertanyaan mu. “kaka pengen mendapat gambaran yang utuh tentang sosok diri kaka dalam persepektif dinda?“

aku tergagap sungguh, pertanyaan yang membuatku bungkam, aku hanya bisa membisu. seandainya dia tahu, aku merasa seperti berada dipersimpangan tanpa arah petunjuk, hanya berdiri kebingungan. aku tak tahu harus menjawab apa.

“dinda, andai dinda tahu, tidak mudah bagi kaka untuk mencintai seseorang yang tidak pernah ada di samping kaka, tidak pernah dapat melihat perkembangan hidup kaka, tidak pernah melihat saat kaka tertawa karena gembira, saat kaka menangis karena sedih, dan tidak pernah ada disisiku ketika kaka mendapat cobaan terberat dalam hidup”.

akhirnya kau pun berucap, pilu dan sayu, seperti remuk redam nya hatimu...
“namun kaka tidak dapat membunuh dan mengubur dalam-dalam rasa yang tumbuh subur dalam hatiku... rasa yang selalu bergelora untuk dinda, saat ini, detik ini, ntah esok hari atau lusa... mungkin dulu kaka sempat mencoba untuk melupakan dan membungkus rapi rasa itu tanpa pernah kaka membunuhnya... tapi pada akhirnya... rasa dalam hati kaka terus memberontak bahkan "dia" dapat menghancurkan bungkusan yang rapi itu.... dan sekarang rasa itu hidup dengan bebas dalam hati kaka. tahu kah dinda pada siapa rasa itu kaka curahkan?”

aku hanya diam mematung seperti arca tanpa nyawa, seperti lukisan hilang sukma... “aku tau ka.. aku tau jawabanya..kurasakan kepiluan hatimu dan aku pun meringkih menahan pedih”

“semua yang kaka lakukan bukan tanpa refleksi, dan bukan berangkat dari ruang yang kosong. tapi semuanya telah melalui pergulatan hati yang cukup lama.... itu saja dindaku! kalaupun sekarang dinda mau pamit, pergilah. selamat malam...”

kau mencium keningku dengan penuh kasih dan sayang...

duuh..kata-katamu, begitu menusuk relung jantungku, sedalam itukah “rasa“ yang kau miliki pada dinda? adakah... adakah rasa yang sama seperti yang kau miliki untuku?.
kucoba mencari dan memaknai “seberapa tajam geletar itu dan seberapa dahsyat rasa itu?”. seperti juga yang kaka katakan pada dinda. duuh aku tak menemukanya sebegitu besar rasa sayangmu sebegitu dalam cinta yang kau miliki, aku hanya bisa berguman dilubuk hati,

“maafkan dinda, maafkan dinda, ka...! sungguh aku tak bisa membalas kasih yang kau berikan dan cinta yang kau miliku untuk dinda seorang... walau inginku, inginku... sangat, membalasnya!”

dalam hati aku meratap. “ya, hanya bisa dalam hati ku berucap... terlalu pengecut aku untuk jujur, terlalu lemah ku untuk bicara..., aku takut ucap dan jawabku menjadi pedang yang menusuk jantungmu sementara bibirku tersungging senyum.... karena, terkadang jujur itu sangat menyakitkan ka..., maafkan aku.. karena aku tak mau kehilanganmu…”

aku kembali mengenang pertanyaanmu, “jujurlah dinda, apa dinda juga merasakan hal yang sama...rasa dari lima huruf yang selalu kaka cari dari matamu dan dari setiap desah suara dan nafasmu..?”

lagi-lagi aku terpaku, diam dan hanya membisu, jika diam adalah emas dan jika emas berati adalah isyarat seorang gadis, maka kupilih diam itu, walaupun akhirnya kau bertanya ”apakah ‘diam’nya dinda berarti ‘iya“?

aku cuma bisa menjawab dengan membisu, walau bisuku antara ‘iya dan tidak’ biarlah kusimpan rapat-rapat dan kukubur kuburan rahasia terdalam ku, agara kau tetap menyimpan rasa penasaran itu, dan aku tak merasa jengah jika harus menatap tajam mata sihirmu. akhirnya kau memaklumi walau harus menyimpan sejuta tanda tanya untuk ku dan menyimpan sejuta harap jawaban dariku. sungguh, aku merasa menjadi orang yang munafik kali ini.... aku hanya meyakinkan diri dan sebenarnya malu tuk mengakui...
biarlah kusimpan rapat-rapat dan kukubur kuburan rahasia terdalam ku, agara kau tetap menyimpan rasa penasaran itu, dan aku tak merasa jengah jika harus menatap tajam mata sihirmu...

cinta?
hmm.. terasa indah bila dirasa..
namun, kadang juga sakit menyapa
kenapa?
karena cinta itu meminta......
meminta apa?
timbal -balik..
jika tiada, maka sakit dirasa...



diawal kisah kita sudah berkomitmen untuk menjaga persahabatan ini, dan komitmen itu yang aku pegang sampai sekarang.

“bagi kaka komunikasi yang dijalin atas dasar silaturahmi begitu juga persahabatan yang didirikan atas dasar kejujuran adalah harga mati!”

begitu juga dinda ka... “mencintaimu karena allah. saling mencintai karena allah...”
itu yang selalu dinda pegang komitemn diawal, walau pada akhirnya kenyataan tak sesuai yang diharapkan dan ada hal yang tak wajar kita rasakan, dinda kan mengarahkannya kedalam rasa persaudaraan.. sebagai adik kaka.. selain itu kuniatkan dalam diri, jika pun melenceng maka kucoba luruskan kembali. “maafkan dinda ka..lagi-lagi aku memohon meminta maafmu...”

jadi jika kemudian ada sesuatu yang salah, dinda tak pernah berharap itu terjadi. dinda sudah meyakini diri bahwa ditengah rasa hausku yang mencapai titik kulminasi akan kasih sayang seorang kaka, maka kau adalah embun itu, kau adalah tetes mata air itu....oase yang memberi aku kehidupan...

jika hatimu terpaut padaku
dalam rasa yang begitu besar
dan sungguh aku tak sanggup membalasnya
aku hanya bisa menerima kasih mu dan menitipkan diri....
aku tau kau pasti kecewa,sedih dan terluka menganga..
aku merasa berdosa.........
ingin kupenuhi harapmu jika aku mampu...


aku ingin berbagi dipundak mu agar lelahku kulepaskan, dan aku bersedia memberikan bahuku untuk menjadi sandaran mu agar beban mu terhilangkan. maka, kupaksa aku tuk merasakannya. kucoba maknai seberapa dahsyat rasa itu,

cinta , hanyalah permainan hati
hormon-hormon kimia tubuh yang aktif
mungkin suatu hari kelak
jika saatnya tiba.......
saat tubuh mulai mengkerut
dan kecantikan tlah pudar....
dunia hanyalah godaan
wanita cantik juga kan menjadi tua
kulit nan indah bercahaya.
pudar suram makna
berkerut dalam kikisan usia
dipenghujung waktu penghabisan
cinta pun hilang lenyap dalam kekang zaman


seberapa besar hormon itu bergolak dalam diriku, seberapa pengaruh body chemistry saling menyesuaikan, seberapa sama frekwensi itu. frekwensi kita ternyata memang sama, saling menerima, namun aku drop, tak ada supply energy dari mu...tak ada aura yang saling bertukar, yang ada hanya gelombang alfa dan beta ,energy pikiran kita saling mempengaruhi... menembus kedalaman ruang dan waktu didunia maya...hilang sekat diantara kita.

duuh....
inikah cinta terlarang?
inikah rindu yang tak semestinya
rinduku terlarang....
rinduku bukan haknya...
rinduku salah tempat dan berpijak


* * *

by: 3.4.5.
02 Juni 2010, jam 15:34